Berpikir negatif itu tidak sehat!
Saya sepakat dengan Zig Ziglar (1926-2012). Penulis berkebangsaan Amerika Serikat ini mengatakan: “Berpikir positif akan membiarkan Anda melakukan segala sesuatu lebih baik daripada pikiran negatif.” Ketika kita berusaha untuk selalu berpikir positif tentang diri kita, sesama dan lingkungan hidup kita maka dengan sendirinya kita akan melakukan hal-hal yang baik bahkan terbaik di dalam hidup ini. Maka jalan yang terbaik adalah berhentilah berpikiran negatif dan cobalah berpikiran positif. Sebab cara pandang kita terhadap dunia akan menjadikan dunia kita persis seperti apa yang kita pikirkan. Apa sih untungnya kita selalu berpikiran negatif? Bagi saya tidak ada keuntungannya sama sekali. Berpikir negatif hanyalah proyeksi sisi-sisi gelap pribadi kita dan sebenarnya itu sangat memalukan karena orang bisa mengetahui sisi-sisi gelap pribadi kita. Cobalah berpikir positif sebentara saja dan kita akan melihat dunia dan diri kita begitu berbeda dengan yang sudah-sudah.
Pada hari ini saya melihat sosok para ahli Taurat dari golongan Farisi yang sedang berada di rumah Lewi (Mrk 2:13-17). Ketika itu Lewi mengadakan syukuran karena barusan dipanggil Tuhan Yesus untuk mengikuti-Nya. Lewi bersedia meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Ia masih sempat mengadakan syukuran bersama Yesus dan para teman dan sahabat yang tentunya sesama pemungut cukai dan saudara-saudara Yahudi lainnya. Yesus makan bersama mereka semua. Ternyata syukuran Lewi ini menjadi ajang bagi para ahli Taurat unhtuk berpikir negatif kepada Yesus. Mereka berkata kepada para murid Yesus: “Mengapa Ia (Yesus) makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” (Mrk 2:16). Mereka bukannya ikut bersyukur, ikut bergembira malah hati mereka berkecamuk, penuh kebencian kepada Yesus.
Banyak kali kita juga seperti para ahli Taurat. Kita tidak ikut bersyukur atau berbahagia karena orang lain berbuat baik. Mungkin kita berpikir kita hebat karena bisa berperilaku demikian. Padahal bukan demikian. Kita menunjukkan kelemahan, kehinaan kita di hadapan sesama yang lain. Dengan demikian kita juga tidak dapat melakukan hal-hal yang baik kepada sesama manusia. Kita semua sudah penah mengalaminya dan kalau kita jujur dengan diri kita sendiri, bahwa hasil dari berpikiran negatif adalah tidak ada hasil. Kita perlu menghilangkan sikap Farisi di dalam hidup kita. Jadilah sesama, jadilah saudara itu lebih mulia daripada berada dalam genggaman pikiran negatif. Kitga perlu berhenti sejenak, memikirkan kembali siapa yang pernah kita pikirkan negatif dan berani berubah bahkan berani mendekatinya dan meminta maaf. Itu baru namanya pengikut Kristus yang hebat.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
P. Yoh Laba, SDB