Satu daging saja!
Pada sore hari ini saya membaca beberapa tulisan mengenai pesan-pesan Paus Fransiskus kepada para suami dan istri di dalam keluarga. Salah satu pesannya berbunyi: “Kalian berbeda pendapat itu boleh, namun janganlah saling menyakiti satu sama lain.” Saya tersenyum karena meskipun saya tidak menikah tetapi saya juga memiliki orang tua dan saudara-saudari yang berkeluarga sehingga pernah mengalami seperti ini. Demikian juga sebagai seorang imam saya banyak kali menjumpai para suami istri yang memiliki masalah saling menyakiti hingga nyaris bubar. Memang berbeda pendapat dalam berbagai hal itu sangat manusiawi dan lumrah. Namun, jangan saling menyakiti dan terbawa emosi untuk saling menyesuaikan pendapat. Banyak pasangan bertengkar hebat hanya karena berbeda pendapat masalah-masalah kecil. Sebaiknya hindari pola demikian dan tumbuhkanlah pengampunan dan kasih.
Pada hari ini saya merenungkan perkataan Tuhan di dalam Kitab Kejadian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej 2:23-24). Kisah penciptaan Hawa sangat unik dan menarik. Tuhan membawa semua jenis hewan ke hadapan Adam untuk diberi nama. Adam berhasil memberi nama semua jenis hewan yang Tuhan berikan tetapi Adam tidak merasa sepadan dengan mereka. Tuhan memahami kebutuhan Adam sehingga Ia menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. Hawa diciptakan bukan untuk mencintai Adam tetapi supaya Haw aitu sepadan atau cocok dengan Adam. Sebab itu Adam merasa kegirangan dan mengatakan inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.Dan karena itulah mereka menjadi satu daging.
Menjadi satu daging masa kini memang sebuah perjuangan yang tidak mudah. Mulanya para suami dan istri menyatakan kesanggupan untuk setia satu sama lain sampai maut memisahkan. Tetapi dalam perjalanan banyak yang tidak setia sehingga mereka berpisah bukan karena maut tetapi karena keegoisan mereka. Suami dan istri yang egois menimbulkan anak-anak merasa kehilangan figur ayah dan ibu. Menjadi satu daging masa kini butuh pengurbanan hari demi hari. Tidaklah elok meninggalkan pengorbanan dan mengatakan L4SG: Lu Lagi, Lu Lagi, Sebel Gue kepada pasangan. Anda tidak pernah terpaksa atau dipaksa tetapi dengan penuh kebebasan memilihnya menjadi pasangan. Siramilah cintamu supaya tetap segar dan sepadan selamanya.
Pada hari ini kita merayakan hari orang sakit sedunia. Di masa pandemi ini, para suami istri terpanggil untuk mewujudkan satu daging. Ini bukan soal social distancing! Fokus saya adalah satu daging membuat mereka akan saling berkurban, saling memperhatikan seperti memperhatikan diri mereka sendiri. Satu daging memang berarti kasih kepada sesama seperti anda mengasihi diri anda sendiri. Ini adalah perintah kasih dari Tuhan yang adalah kasih itu sendiri.
Saya berdoa untuk para pasangan suami dan istri supaya tetap menjadi satu daging. Kalau anda setia dalam hidup perkawinanmu maka percayalah, anda juga menguatkan panggilan kami sebagai imam, biarawan dan biarawati yang tidak menikah. Kami akan menjadi kuat dan setia menghayati panggilan kami.
Santa Maria Lourdes, doakanlah kami. Amen.
P. John Laba, SDB