Tuhan sungguh Maharahim
Saya selalu mengingat pengakuan dari seorang pemuda bahwa Tuhan Allah sungguh Maharahim. Dia mengaku pernah hidup dalam kegelapan selama bertahun-tahun. Ia benar-benar melupakan Tuhan di dalam hidupnya dan menikmati kebiasaan dosanya. Tetapi pada suatu kesempatan ia merasa dijamah Tuhan ketika membaca tulisan di sebuah spanduk berbunyi: “Kamu adalah sahabat-Ku!” (Yoh 15:14). Siang dan malam selama beberapa hari kata-kata itu seakan menganggu hidup pribadinya. Selalu terulang kembali: “Kamu adalah sahabat-Ku”. Kata-kata itu sungguh mengiang di telinganya sehingga ia merasa sangat terganggu, hingga ia menyerah dan berpasrah kepada Tuhan. Dia mengalami transformasi yang luar biasa. Ia berkata dalam hatinya bahwa ia harus berubah. Dia sungguh berubah karena ia mengalami kerahiman Allah.
Banyak di antara kita mengalami jamahan kasih Tuhan melalui pengalaman-pengalaman sederhana. Mungkin saja transformasi hidup yang begitu radikal karena kuasa kerahiman Tuhan. Mungkin kita yang tidak pernah mengalaminya merasa biasa-biasa saja, tetapi mereka yang mengalaminya secara langsung akan mengatakan dengan tegas bahwa Allah kita Maharahim. Dia tidak menghitung dosa-dosa kita, Dia tidak mengutuk orang berdosa tetapi menegur dengan keras supaya manusia berubah dan memperoleh keselamatan. Santu Paulus dan santu Agustinus pernah mengalaminya. Kerahiman Tuhan mengubah hidup mereka menjadi sungguh-sungguh baru.
Pada hari ini saya tertarik dengan kisah manusia pertama di dalam Kitab Suci, khususnya Kitab Kejadian. Manusia pertama yakni Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa karena memakan buah dari pohon pengetahuan. Larangan dari Tuhan sangat jelas dan konsekuensinya pun sangat jelas. Tetapi manusia pertama sangat lemah sehingga godaan sederhanapun mereka langsung jatuh ke dalam dosa. Mereka tidak hanya berdosa melawan kasih dan kerahiman Tuhan, mereka juga melawan kasih tulus sesama manusia. Manusia melawan Tuhan karena tidak taat dan melawan kasih Tuhan di taman Eden. Manusia berdosa melawan sesama sebab Adam dan Hawa saling membenarkan diri di hadapan Tuhan. Adam mengatakan bahwa Hawa yang memberinya makan buah itu, Hawa mengatakan ularlah yang menggodanya. Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya. Ular yang digambarkan sebagai iblis mendapat kutukan abadi. Tanah di tempat mereka berpijak juga dikutuk oleh Tuhan karena ‘manusia berasal dari debu dan kembali menjadi debu’. Hawa mendapat teguran keras bahkan pada saat melahirkan ia akan merasa sakit dan menjadi musuh dari ular. Adam ditegur dengan keras sehingga ia harus mengolah tanah yang dikutuk itu sehingga bisa menghasilkan makanan untuk melanjutkan hidupnya. Hal yang nantinya menjadi kesamaan dari Adam dan Hawa adalah mereka akan meninggal dunia sebagai akibat dosa.
Tuhan Maharahim. Dia menunjukkan kerahiman-Nya kepada anak-anak yang rela berkorban dalam hidupnya untuk Tuhan dan sesama. Tuhan Maharahim dan Dia pasti menyelamatkan kita semua. Dia tidak membiarkan kita lenyap seperti asap yang naik dan menghilang di angkasa. Dia tetap menjadi satu-satunya keselamatan kita. Tidak ada yang lain yang dapat menyelamatkan kita selain dalam nama Yesus Kristus. Apakah anda merasakan kerahiman Allah di dalam hidupmu? Tuhan memberkati kita semua. Mari kita bermetanoia, mengalami kasih dan kebaikan Tuhan dan membagikannya kepada sesama kita. Tuhan memberkati kita semua.
P. John Laba, SDB