Tuhan Sungguh Baik!
Kita menyaksikan penguburan saudari dan saudara yang meninggal dunia karena covid-19. Mungkin kita menggeleng-geleng kepala karena semuanya mengikuti protokol kesehatan yang ketat dan tidaklah lazim sebagaimana kita alami ketika menguburkan atau mengkremasi sanak keluarga yang meninggal dunia bukan karena covid. Namun inilah situasi kita saat ini dan kita menerimanya sebagai suatu keadaan yang sangat spesial, meskipun menyedihkan.
Saya berusaha untuk membuat kaitan antara masa kini dan masa lalu di mana begitu banyak orang kusta yang mengalami perlakuan yang mirip. Di dalam Kitab Imamat diceritakan bahwa orang-orang yang mengalami sakit kusta benar-benar disingkirkan dalam masyarakat karena dianggap najis. Imam harus mengumumkan di depan umum bahwa orang itu sakit kusta dan harus dijauhi. Dia juga tidak boleh terlibat dalam peribadatan bersama. Orang kusta sendiri harus berpakaian cabik-cabik, rambut terurai dan tidak terurus, ketika berjalan di jalanan dia harus menutup muka dan berteriak-teriak bahwa dia najis karena kusta supaya orang-orang sehat segera bersembunyi atau menjauhi (Im 13:45). Tentu orang kusta dibully habis-habisan bersama dengan orang tua yang melahirkannya.
Manusia boleh menjauhi sesamanya tetapi Tuhan tidaklah demikian. Tuhan sungguh baik dan teramat baik bagi manusia, apalagi yang sedang sakit dan menderita berbagai macam penyakit. Tuhan Yesus memiliki optio fundamental untuk melayani dan menyembuhkan yang sakit. Perhatikan kisah Injil tentang orang kusta yang disembuhkan Yesus dalam Injil Markus 1:40-45. Orang kusta ini sangat unik. Dia berani melawan arus! Ia yang beruaha untuk datang kepada Yesus dan memohon kesembuhan dari sakit kustanya. Kenapa dia menjadi si kusta pemberani? Karena dia percaya kepada Yesus bahwa hanya Yesuslah yang dapat menyebuhkannya. Di pihak Yesus, Ia melihatnya dan menaruh belas kasihan kepadanya. Maka saat itu juga Yesus melawan arus. Ia tidak menganggap orang kusta sebagai orang najis tetapi orang yang layak untuk diselamatkan karena iman kepada Tuhan Yesus. Tuhan sendiri menunduk, mengulurkan tangan dan menjamah sambil menguatkannya bahwa ia disembuhkan Yesus.
Tuhan Yesus luar biasa. Ia sahabat orang sakit. Ia menunduk dan menjamah serta berbicara dan menyembuhkan. Kita butuh sikap yang seperti ini meskipun di masa pandemi. Dengan mematuhi protokol kesehatan kita harus berani untuk menunduk, menjamah, berbicara dan menyembuhkan. Ini juga menjadi sikap Gereja masa kini ketika berhadapan dengan dunia. Tuhan sungguh baik dan menyemangati kita supaya tetap melayani sampai tuntas.
Salam dan berkat Tuhan,
P. John Laba, SDB