Kita bersaudara!
Adalah François Fénelon (1651-1715). Penulis berkebangsaan Perancis ini pernah berkata: “Semua umat manusia hanyalah sebuah keluarga yang tersebar di seluruh muka bumi. Semua orang adalah saudara, dan harus saling mencintai seperti itu.” Bagi saya perkataan Fénelon pada abad ke-XVIII ini masih sangat aktual bagi kita semua. Kita perlu merasakan dan mengalami semangat bahwa manusia adalah individu, tetapi memiliki jati diri sebagai makhluk sosial. Manusia butuh sesama untuk hidup berdampingan, untuk membentuk sebuah keluarga besar di atas dunia ini. Hanya dengan perasaan dan pemahaman seperti ini maka dengan sendirinya dapat membentuk persaudaraan dalam kasih.
Raja Daud pernah mengungkapkan keinginannya kepada Tuhan untuk mewujudkan dunia sebagai satu kesatuan dalam persaudaraan. Ia berkata kepada Tuhan: “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.” (Mzm 133:1). Pikirkanlah dalam hidup kita yang nyata. Apakah kita memiliki harapan untuk bertumbuh bersama sebagai saudara? Apakah kita dapat mewujudkan hidup penuh kerukunan? Ini adalah pertanyaan yang sederhana tetapi dapat membantu kita untuk berefleksi dengan baik dan berusaha untuk membangun persaudaraan sejati dalam hidup kita.
Kita tidak bisa melupakan pengalaman manusia pertama. Adam dan Hawa adalah ciptaan yang mulia. Meskipun mereka sudah jatuh ke dalam dosa namun Tuhan tetap menjaga dan melindungi mereka. Adam dan Hawa diberikan keturunan dengan tiga orang anak yakni Kain, Habel, dan Set. Set dilahirkan Hawa setelah Habel dibunuh oleh Kain saudaranya. Kejatuhan Adam dan Hawa sangat mempengaruhi keturunannya. Kain iri hati dengan Habel maka Kain membunuh Habel. Untungnya adalah Tuhan masih memberi lagi keturunan kepada Hawa sehingga melahirkan Set.
Kisah Kain dan Abel adalah kisah hidup kita di atas bumi ini. Apakah anda pernah benci dan dendam serta iri hati kepada saudara kandungmu? Bagaimana rasanya bersikap demikian kepada saudaramu? Kalau anda sadar maka anda akan merasa malu dengan saudara atau saudarimu. Kalau anda tidak menyadarinya maka anda akan mengulangi dosa yang satu dan sama. Dosa itu sedang mengintip dan menunggu kesempatan untuk menggoda dan menjatuhkanmu. Kadang orang selalu jatuh ke dalam dosa yang satu dan sama. Ini menunjukkan betapa rapuhnya hidup pribadi kita di dunia ini. Anda mungkin sebagai Kain, mungkin juga Habel atau di saat yang sama sebagai Kain dan Habel.
Kata-kata yang sangat menguatkan saya adalah adalah pertanyaan Tuhan kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej 4:6-7). Mari kita bercermin pada pertanyaan Tuhan ini sambil berusaha memperbaiki hidup kita: Mengapa saat ini hatimu panas dan mukamu muram? Padahal relasi istimewa dengan saudara kandungmu bukan dengan orang lain. Kain dan Habel adalah kita bukan orang lain. Mereka kakak beradik ketapi saling membunuh. Hal yang tidak jauh berbeda dengan situasi kita masa kini. Kita perlu bertumbuh bersama tetapi sekali waktu akan ada tantangan yang bisa menghancurkan relasi persaudaraan anta manusia.
Tuhan melindungi dan membebaskan kita dari bahaya dan kesulitan hidup.
P. John Laba, SDB