Syukur atas pengampunan
Saya selalu mengusulkan kepada umat yang mengaku dosa supaya setelah mengaku dosa, mereka boleh mendoakan doa syukur atas pengampunan dari Puji Syukur no.27. Saya cantumkan doa ini supaya para pembaca Budiman dapat mendoakannya:
“Allah Bapa Yang Maharahim, Engkau tidak menghendaki kematian orang berdosa. Sebaliknya, Engkau menghendaki supaya kami bertobat dan hidup. Maka Engkau mengundang orang berdosa untuk bertobat, dan kepada kami yang bertobat Engkau melimpahkan pengampunan. Kesalahan kami Engkau hapuskan, dan dosa kami tidak Kau ingat lagi. Terimakasih ya Allah, atas pengampunan yang Kau berikan kepada kami. Semoga sukacita di Surga karena satu orang berdosa bertobat juga menjadi sukacita kami. Semoga sukacita pengampunan ini mendorong kami selalu hidup rukun dan damai dengan seluruh umat-Mu. Ya Allah, perkenankanlah kini kami pergi dalam damai dan selalu ingat akan Sabda Putra-Mu yang menghendaki kami tidak berbuat dosa lagi. Amin.”
Kalau kita mendoakan doa ini secara perlahan-lahan maka doa syukur atas pengampunan ini memberi makna yang sangat mendalam bagi kita semua. Tuhan yang kita Imani adalah Maharahim. Dia menghendaki kehidupan kekal bagi kita maka pertobatan adalah jalan yang tepat. Pertobatan pasti ada karena Allah kita Maharahim. Dia tidak menghitung-hitung dos akita. Dia justru selalu mencari dan menyelamatkan kita. Tuhan Yesus berkata: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” (Yoh 6:37). Tuhan Yesus tidak akan membuang kita. Dia bahkan menjadikan kita sebagai pemenang (Rom 8:37).
Pada hari ini kita memandang sosok Lewi atau Matius. Tuhan Yesus memanggilnya ketika dia sedang bekerja sebagai pemungut cukai. Tuhan Yesus mengenalnya. Ia memanggil dengan namanya sehingga Lewi benar-benar berubah menjadi Matius. Lewi menjadi ciptaan baru. Ia berubah dari pemungut cukai menjadi pemungut jiwa-jiwa untuk diselamatkan dalam nama Yesus Kristus. Transformasi radikal dari pemungut cukai menjadi pemungut jiwa-jiwa ditandai dengan ungkapa syukurnya yang luar biasa kepada Tuhan, sebab Tuhan sendiri hadir di rumahnya.
Dari Lewi kita belajar untuk bertransformasi dalam hidup ini. Tuhan juga mengubah kita dari penjala ikan menjadi penjala manusia, dari pemungut cukai menjadi pemungut jiwa, dari kebiasaan sebagai pribadi penakut seperti bekicot menjadi pemberani. Transformasi haruslah menjadi bagian dari hidup kita. Transformasi membawa kita kepada kebaruan dalam hidup. Masa prapaskah bermakna kalau kita mengalami transformasi dan kebaruan di dalam hidup pribadi kita.
Tuhan melindungi dan memberkatimu selalu.
P. John Laba, SDB