Masih ada penghiburan
Adalah Paulo Coelho. Dalam bukunya: ‘Sang Penyihir dari Portobello’ beliau menulis: “Jika ada kemungkinan menemukan penghiburan dari tragedi kehilangan seseorang yang amat kita cintai, itu adalah harapan yang perlu ada, bahwa barangkali semua yang terjadi adalah yang terbaik.” Kata-kata ini sangat menyentuh hati saya. Dalam masa pandemi ini, kita seakan sedang mengalami sebuah tragedi sebab kita semua kehilangan orang-orang yang kita kasihi. Penghiburan adalah sebuah harapan yang menguatkan kita bahwa setiap pengalaman penderitaan dan kemalangan, pengalaman sukacita selalu ada maknanya.
Seorang sahabat bertanya kepada saya: “Apakah Tuhan sudah tuli? Apakah Tuhan sedang tidur dan tidak mau bangun lagi sehingga segala penderitaan dan kemalangan terus berlanjut dalam diri manusia? Ini merupakan gambaran protes kepada Tuhan. Manusia yang protes kepada Tuhan karena hanya melihat kesulitan yang dialaminya secara pribadi. Mari kita membaca tulisan nabi Yesaya: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.” (Yes 49:15-16). Kita berpikir dan mengadili Tuhan, ternyata Dia tidak pernah lupa dengan kita. Manusia boleh saling melupakan tetapi Tuhan tidak akan lupa. Tuhan sendiri melukiskan diri kita ditelapak tangan-Nya dan saya percaya bahwa Dia akan tetap memandang dan jatuh cinta dengan kita setiap saat sebagai ciptaan yang paling mulia (Kej 1:26-27).
Saya sangat tertarik dengan perkataan santo Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus. Selain berbicara tentang kasih karunia sebagai anugerah, ia juga mengingatkan jemaat untuk tetap berada di dalam penghiburan: “Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah. Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga.” (2Kor 1:5-6). Paulus memberi sebuah kesaksian sebagai rasul Yesus Kristus yang mendapat bagian dalam penderitaan Kristus dan karena Kristus itu juga ada penghiburan yang tiadak berkesudahan. Kita semua pasti mengalami penderitaan dan kemalangan. Dalam situasi seperti ini kita tidak perlu berhenti pada kekinian penderitaan tetapi melihat ke depan bahwa masih ada pengiburan abadi. Kadang kita adalah orang beriman yang tidak beriman karena hanya berhenti pada pengalaman penderitaan saja.
Prinsip yang harus kita miliki adalah selalu berpasrah kepada Tuhan. Berpasrah selalu berkaitan dengan nilai rohani ketaatan. Berusahalah untuk menerima dan mentaati kehendak Allah. Saya teringa sosok Ayub. Ia berkata: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayub 1:21). Ayub menderita tetapi masih berserah kepada Tuhan dan Dia memenangkan pertandingan ini. Tuhan memulihkannya, lebih dari segala yang dimiliki sebelumnya. Kita harus tetap berprinsip: ‘Masih ada penghiburan’ di saat susah, di saat tertekan. Tuhan adalah segalanya.
Tuhan memberkati kita semua.
P.John Laba, SDB