Homili 5 Juli 2021

Hari Senin, Pekan Biasa ke XIV
Kej. 28:10-22a;
Mzm. 91:1-2,3-4,14-15ab;
Mat. 9:18-26.

Merenung kasih dan kemurahan hati Tuhan

Apakah ada orang yang menyangsikan kasih dan kemurahan hati Tuhan? Jawaban pastinya adalah ada banyak orang yang sedang meragukan kasih dan kemurahan hati Tuhan. Pada masa pandemi ini tak terhitung banyaknya orang yang meragukan kasih dan kemurahan hati Tuhan. Mereka telah terpapar dan sangat menderita, mereka yang telah kehilangan orang-orang yang mereka kasihi dalam hidup. Pandemi ini benar-benar mengubah relasi manusia sebagai ciptaan dan Tuhan sang Pencipta. Namun demikian, masih banyak orang yang terpapar dan mereka yang kehilangan orang-orang yang dikasihi tetap setia kepada Tuhan. Bagi mereka hidup kita ada di tangan Tuhan dan pasti Tuhan memiliki rencana yang terbaik bagi kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini memfokuskan perhatian kita pada sosok Tuhan yang kita imani dengan kodrat ilahi-Nya yang tetap mengasihi dan murah hati. Mari kita perhatikan pengalaman Yakub di dalam Bacaan Pertama. Ketika itu Yakub melakukan perjalanan dari Bersyeba dan pergi ke Haran. Pada malam harinya ia tidur dan mengambil batu sebagai bantalnya. Pada malam itu dia juga bermimpi. Ia melihat ada sebuah tangga yang berdiri tegak di bumi dengan ujungnya sampai di langit. Malaikat-malaikat Tuhan Allah turun naik di atas tangga itu. Penglihatan ini sangat mengagumkan. Tuhan mengutus para malaikat-Nya turun dan naik tangga yang menghubungkan surga dan dunia. Artinya, Tuhah memiliki rencana untuk menunjukkan kasih dan kemurahan hati-Nya kepada umat manusia. Tuhalah yang memiliki rencana untuk menyelamatkan semua orang.

Selanjutnya Tuhan sendiri menampakan diri-Nya kepada Yakub. Ia menunjukkan kodrat-Nya sebagai ‘kasih’ kepada Yakub. Ia sendiri yang berinisiatif untuk menunjukkan kasih dan kemurahan hati-Nya kepada Yakub dan keturunannya. Ia berdiri di samping Yakub sambil berkata: “Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.” (Kej 28: 13-15). Perhatikanlah perkataan Tuhan ini, sungguh luar biasa. Tuhan menunjukkan kodrat-Nya sebagai ‘kasih’ kepada Yakub dengan memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang sudah disembah oleh nenek dan ayahnya. Tuhan sendiri murah hati untuk memberi tanah dan melipatgandakan keturunannya serta memberkati. Tuhan mengasihi dan murah hati karena tetap menyertai dan melindungi Yakub. Tuhan bahkan setia kepada janji-Nya ini kepada Yakub.

Yakub bersyukur kepada Tuhan ketika terbangun dari tidurnya. Ia mendirikan sebuah tugu peringatan di atas batu yang telah menjadi bantalnya. Ia bahkan mengatakan bahwa tempat di mana dia berdiri adalah rumah Allah dan pintu bagi surga. Ini sungguh menjadi pengalaman kasih Allah bagi Yakub. Ia mengalami sendiri kasih Allah dan dia juga mengasihi Allah. Dia mengalami kemurahan hati Allah makan ia pun bermurah hati kepada Allah. Ia percaya kepada kasih dan kemurahan hati Tuhan dan siap untuk memberi dirinya kepada Tuhan Allah. Ia berjanji kepada Tuhan untuk tetap mempersembahkan sepersepuluh kepada-Nya. Pengalaman iman Yakub sangat menginspirasi kita untuk mengimani Allah dengan sepenuh hati dan selamanya.

Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menunjukkan kasih dan kemurahan hati-Nya kepada dua orang wanita. Wanita pertama, tanpa nama, sangat menderita. Sudah dua belas tahun ia menderita pendarahan. Ia mengeluarkan biaya yang besar tetapi hasilnya sia-sia saja. Maka ketika ia mendengar bahwa Yesus sedang lewat, ia memiliki ide cemerlang untuk menjamah jubah Yesus supaya bisa sembuh. Ia pun menjamah jubah Yesus, dan ada energi besar yang keluar dan menyembuhkannya. Tuhan Yesus memandangnya dan berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” (Mat 9:22). Tuhan menunjukkan kasih dan kemurahan-Nya dengan daya penyembuhan kepada yang sakit dan menderita.

Wanita kedua adalah seorang gadis tanpa nama, berusia dua belas tahun yang barusan meninggal dunia. Ayahnya adalah seorang kepala rumah ibadat. Tuhan Yesus datang dan membangkitkannya. Ia mengatakan bahwa anak itu tidak mati, hanya tidur saja. Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya. Tuhan menunjukkan kasih dan kemurahan hati dengan membangkitkan manusia dari kematiannya. Tuhan yang berkuasa untuk melakukannya demikian sebab Dialah Pencipta kita. Di sini kita melihat sosok Yesus sebagai Anak Allah yang berkuasa atas orang hidup dengan segala sakit penyakitnya dan mereka yang mati juga dibangkitkannya.

Pada hari ini Tuhan mengingatkan kita untuk percaya kepada-Nya dan Dia akan senantiasa menunjukkan kasih dan kemurahan hati-Nya kepada kita. Pada masa pandemi ini, mari kita kembali kepada Tuhan. Wanita yang sakit selama dua belas tahun saja mengalami penyembuhan ajaib. Ia hanya menyentuh jubah Yesus. Seorang gadis yang meninggal dunia dibangkitkan oleh Yesus. Ini semua karena iman. Iman kepada Tuhan secara pribadi dan sesama memiliki daya menyelamatkan. Tuhan begitu berkuasa, mengasihi dan murah hati, mengapa kita meragukan kasih dan kemurahan hati-Nya di masa pandemi ini? Percayalah maka anda akan sembuh!

P. John Laba, SDB