Berpikir Positif
Pada sore hari ini saya mengirim sebuah bunga euphorbia atau kaktus pakis giwang yang sudah mengering tetapi di pucuknya masih ada kuntum merah yang indah. Saya bertanya kepada semua pembaca goresan harian saya, dan semua yang menjawabnya menunjukkan pikiran yang sangat positif. Ada yang melihat bunga ini sebagai gambaran diri dalam keseharian kita: ada suka dan duka, ada sedih dan bahagia. Bunga euphorbia itu menjadi gambaran hidup kita dalam masa pandemi ini. Ada yang melihatnya secara rohani, ada duri seperti mahkota duri Yesus tetapi ada keindahan yang nampak yaitu keselamatan. Romo Ovan O’Carm mengatakan: “Kadang sesuatu yang indah tidak harus di dapatkan dengan cara yang mulus tetapi harus melewati berbagai kesulitan”. Pokoknya semua yang memberi jawaban membuat hati terharu, bahagia dan saya memberi jempol karena semuanya melihat foto dengan pikiran yang sangat positif.
Bunga yang saya foto dan share kepada para pembaca adalah bunga euphorbia. Sr. Gio, CB dari Pluit yang menyebut nama bung aini dengan sangat tepat. Terimakasih Sr.Gio, CB. Bungan euphorbia merupakan salah satu genus tumbuhan berbunga terbesar yang memiliki 2.420 spesies. Jenis bunga ini dari genus ini memiliki peran penting bagi manusia. Konon bunga ini sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia karena menyembuhkan penyakit-penyakit ini: untuk diare akut, malaria, demam, membunuh serangga (insecticide), radang anak telinga, sakit gigi, Hepatitis, bisul, pendarahan pada menstruasi, luka bakar, sesak napas, rematik, sembelit dan gigitan ular. Maka kelihatan euphorbia ini berduri dan menakutkan tetapi memberi keindahan dan kesehatan dari akar, batang, daun dan bunganya. Maka benar, kita harus berpikiran positif dalam arti jangan hanya menilai dari batang yang sudah mengering saja tetapi ada keindahan dan kebaikan yang tersembunyi. Kita membaca di dalam Kitab Suci, ketika Tuhan berkata kepada Samuel di rumah Isai: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (I Sam 16:7).
Kiranya berpikir positif menjiawai pengalaman rohani yang kita ambil dari bacaan Injil hari ini (Mat 12:1-8). Pada hari Sabat para murid Yesus lapar dan memakan bulir gandum di ladang gandum yang mereka lewati. Kaum Farisi yang sangat legalis itu langsung berbicara dengan Yesus: “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” (Mat 12:2). Kalau saja orang Farisi berpikir positif maka mereka tidak mempertentangkan dan bersifat legalis serta berpikiran negatif terhadap para murid Yesus. Sayang sekali mereka cepat sekali mengadili para murid Yesus di depan Yesus sendiri. Yesus berpikir positif dan memberikan contoh-contoh di dalam Kitab Perjanjian Lama. Tetapi sayang sekali kaum Farisi tetap berada di zona ‘berpikir negatif’ dan mereka merasa nyaman di sana meskipun Yesus mengoreksi mereka.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mau tetap berada di zona berpikir negatif? Apa untungnya anda memiliki pikiran negative kepada Tuhan dan sesama? Ternyata tidak ada untungnya, bukan? Mari budayakan dan biasakan berpikir positif tentang dirimu, sesama dan Tuhan. Kadang pikiran kita seperti ini: Kita lebih mudah mengeluh bahwa euphorbia memiliki duri, ataukah bersukacita karena duri memiliki euphorbia. Prinsip yang lebih penting bagi kita adalah seperti ini: “Hal pertama yang kubangun dalam diriku untuk bisa menghadapi hari dengan semangat adalah menciptakan sebanyak-banyaknya pikiran positif.” Berpikirlah positif mulai saat ini juga!
Tuhan menjaga dan melindungi kita. Dia selalu berpikir positif tentang anda dan saya, mengapa kita masih sulit berpikir positif ya?
P. John Laba, SDB