Homili 29 Juli 2021 – St. Martha

Peringatan Wajib Marta
Kel. 40:16-21,34-38;
Mzm. 84:3,4,5-6a,8a,11;
Mat. 13:47-53

Bersahabat dengan Yesus

Kita mengenang Santa Martha, saudari dari Lazarus dan Maria dalam Injil. Ketiga sosok ini merupakan sahabat-sahabat Yesus. Tuhan Yesus bahkan menangis ketika mendengar berita kematian Lazarus. Artinya persahabatan Tuhan Yesus dengan mereka bertiga sangat akrab. Nama Martha berasal dari Bahasa Aram yang berarti ibu. Nama ini benar-benar sesuai karakternya yang diceritakan para penginjil. Penginjil Lukas (Luk 10: 38-42). Martha digambarkan sebagai ibu yang memiliki rumah. Sebab itu dia sibuk melayani (Luk 10:40). Dia bahkan mendekati Yesus untuk memohon supaya membiarkan Maria ikut melayani. Namun Yesus menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Luk 10: 41-42). Tentu saja Yesus tidak bermaksud menolak sikap dan pelayanan Martha. Tugas Martha sebagai ibu dalam rumah juga penting dalam menerima Yesus dan para murid-Nya di dalam rumahnya. Hanya urutan urgensinya adalah Tuhan sebagai prioritas pertama kemudian kepada manusia. Mendengar perkataan Tuhan adalah lebih penting daripada urusan makan dan minum atau menerima tamu.

Dalam Injil Yohanes, kita melihat sosok Martha sebagai sahabat sejati dari Tuhan Yesus. Sahabat sejati yang mengakui imannya kepada Yesus. Ketika itu Lazarus barusan meninggal dunia. Martha mendengar bahwa Yesus datang maka ia pergi mendapatkan-Nya. Ketika menjumpai Yesus, mereka memperbincangkan kematian Lazarus. Pada akhirnya, Martha mengakui imannya kepada Tuhan Yesus: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” (Yoh 11:27). Seorang sahabat sejati akan mengakui imannya dengan terus terang sebagaimana dilakukan oleh Martha. Sesibuk apapun Martha, sesedih apapun Martha saat itu, baik hidup atau pun mati, ia tetap setia melayani Tuhan dan mengakui-Nya sebagai Tuhan. Persahabatan sejati dengan Tuhan selalu menuju kepada pengakuan iman sejati. Di sinilah kehebatan Martha yang patut kita ikuti. Banyak kali kita mencari alasan dengan menyibukan diri dan lupa mengimani dan mengakui Tuhan dalam hidup ini.

Saya teringat pada satu sikap Yesus yang mengagumkan. Pada malam perjamuan terakhir Ia menyapa para murid-Nya sebagai sahabat: “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (Yoh 15:14-15). Tuhan saja menyapa dan menjadikan kita sebagai sahabat, mengapa kita begitu sulit untuk menjadi sahabat sejati. Kalau saja semua orang menjadi sahabat dunia kita akan memiliki warna yang menandakan keharmonisan sejati. Dalam masa pandemi ini kita diingatkan untuk patuh pada protokol kesehatan dan melakukan karya-karya karitatif kepada sesama yang sangat membutuhkan dan lintas batas. Ini baru namanya persahabatan sejati dengan Tuhan dan dengan sesama.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita pada sosok Tuhan Allah yang selalu hadir dan menyertai umat-Nya dalam situasi apa saja. Umat Israel juga mengalami kesulitan-kesulitan di padang gurun. Maka kehadiran Tuhan di dalam kemah suci sangatlah penting untuk meneguhkan mereka. Mereka tidak sendirian, Tuhan senantiasa menyertai mereka. Tanda-tanda yang menunjukkan kemuliaan Tuhan seperti awan menandakan betapa Tuhan mengasihi umat-Nya, dalam semua situasi hidup mereka.

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang Kerajaan sorga yang kiranya mengambarkan sosok Tuhan yang berbelas kasih kepada umat-Nya. Dikatakan bahwa Kerajaan sorga itu laksana seorang nelayan yang melabuhkan pukat dan menangkap banyak ikan yang baik dan yang tidak baik. Ikan baik dikumpulkan supaya dimakan dan ikan yang tidak baik dibuang. Perumpamaan lain yang diberikan Yesus adalah tentang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya. Kedua perumpamaan ini kiranya erat terkait dengan pengadilan yang akan kita terima pada akhir zaman. Orang baik akan bahagia bersama Tuhan selamanya, orang jahat akan pergi ke tempat khusus yang disediakan bagi mereka. Di sana hanya ada ratap dan kertak gigi. Penuh dengan penderitaan.

Pada hari peringatan St. Martha ini Tuhan menyapa kita untuk menjadi sahabat-sahabat-Nya. Persahabatan sejati selalu membuat kita menjaga diri kita dan menjaga diri sesama bagi yang lain. Hanya dengan demikian turut mengantar kita untuk mencapai kekudusan. Bersahabatlah dengan Yesus karena Dia sudah lebih dahulu bersahabat dengan mu. St. Martha, doakanlah kami yang masih berziarah di dunia ini. Amen.

PJ-SDB