HARI MINGGU ADVEN II/C
Bar. 5:1-9;
Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5.6;
Flp. 1:4-6,8-11;
Luk. 3:1-6
Sekarang saatnya untuk bertobat
Saya selalu mengingat sosok seorang Bapa yang mengalami pertobatan pribadi. Kami sudah lama bersahabat dan saya melihatnya banyak perubahan di dalam hidupnya. Dia yang tadinya dikenal temperamen, keras kemauan dan seolah-olah memiliki banyak musuh, perlahan-lahan berubah setelah istri dan anak-anaknya menjadi katekumen dan dibaptis di dalam Gereja Katolik. Ia memiliki banyak sahabat. Banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa dia benar-benar berubah menjadi kudus. Pada suatu saat saya bertanya kepadanya tentang perubahan yang ada di dalam hidupnya. Dia mengatakan kepada saya: “Saya berterima kasih kepada Tuhan karena sebagai seorang awam, saya mengenal pastor. Dalam percakapan-percakapan kita, ternyata mengubah kiblat hidup keluarga saya, istri dan anak-anak saya menjadi katolik dan pastor sendiri yang membaptis mereka. Saya merasakan ini sebagai berkat Tuha bagi keluarga saya, dan saya berjanji kepada Tuhan bahwa ini adalah awal pertobatan saya. Saya bertobat supaya keluarga saya berubah menjadi anak-anak Tuhan.” Perkataan-perkataan ini selalu saya ingat dan benar-benar ikut mengubah hidup saya sebagai seorang gembala umat.
Kita memasuki pekan Adven kedua. Pada pekan adven kedua ini, salah satu lilin berwarna ungu dinyalakan. Lilin kedua ini merupakan simbol kasih sehingga biasa disebut lilin kasih. Mengapa lilin kedua ini disebut lilin kasih? Lilin kasih karena masa adven ini merupakan kesempatan istimewa bagi kita untuk menantikan Yesus Kristus sebagai Mesias, sekaligus kasih Bapa bagi kita. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. “ (Yoh 3:16-17). Lilin adven kedua melambangkan kasih dan kita yang memandang lilin kasih ini juga memancarkan kasih kepada Tuhan dan sesama.
Tuhan Yesus Kristus adalah kasih Bapa bagi manusia. Karena Dia adalah kasih maka kita semua diharapkan untuk bertumbuh dalam kasih. Kedatangan sang Kasih juga dipersiapkan dengan baik, sejak masa Perjanjian Lama hingga saat ini. Semua nubuat dari para nabi, terutama nabi Yesaya menjadi nyata di dalam diri Yohanes Pembaptis. Kita mendengar dalam bacaan Injil, gambaran diri Yohanes Pembaptis yang sudah dinubuatkan dalam dunia perjanjian lama. Kita mendengar perkataan-perkataan yang menggambarkan sosok Yohanes Pembaptis yang sebenarnya. Yohanes dan tentu saja Yesus Kristus lahir dan besar dalam sejarah manusia. Maka nama-nama pemimpin dunia disebutkan semua oleh Penginjil Lukas. Kita mendengar nama-nama orang yang menjadi pemimpin saat itu: Kaisar Tiberius, Pontius Pilatus, Herodes, Herodes Filipus, Lisanias, Hanas dan Kayafas. Nama-nama ini mengatakan banyak hal terutama bahwa Yesus sungguh-sungguh pernah hidup di dunia ini. Dia bukan legenda atau cerita rakyat. Dia sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sugguh manusia.
Di kisahkan bahwa Tuhan Allah berfirman kepada Yohanes, anak Zakharia. Ketika itu Yohanes kemungkinan sedang mengalami pembinaan bersama kaun Eseni. Kaum Eseni (Essenes) merupakan sebuah kelompok jemaat Yahudi yang hidup dan berkembang di tepi Laut Mati sejak tahun 65-an SM hingga 70-an M. Mereka membentuk komunitas yang mandiri di Qumran dan mempraktikkan hidup yang terpisah dari dunia luar. Kemungkinan Yohanes mengalami pembentukan di komunitas kaum Eseni dan selanjutnya mudah sekali ia melakukakan perutusan untuk menyerukan tobat dan pembaptisan di sekitar sungai Yordan. Yohanes berkata: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” (Luk 3:2-6).
Perkataan-perkataan Yohanes Pembaptis ini menekankan beberapa hal penting: pertobatan yang dapat dialami melalui pembaptisan di sungai Yordan, pengampunan berlimpah dari Tuhan kepada orang berdosa. Yohanes sungguh-sungguh menyiapkan jalan bagi Tuhan dengan seruan tobat dan pembaptisan. Dengan demikian semua orang mengalami pengampunan berlimpah dan dapat melihat keselamatan dari Allah.
Pengalaman pertobatan juga diserukan oleh Barukh dalam bacaan pertama. Ia berkata: “Hendaklah, hai Yerusalem, menanggalkan pakaian kesedihan dan kesengsaraanmu, dan mengenakan perhiasan kemuliaan Allah untuk selama-lamanya. Hendaklah berselubungkan kampuh kebenaran Allah, dan memasang di atas kepalamu tajuk kemuliaan dari Yang Kekal. Sebab di bawah kolong langit seluruhnya serimu akan dipertunjukkan oleh Allah.” (Bar 5:1-3). Perkataan barukh ini merupakan hiburan bagi bangsa Israel yang ketika itu sedang mengalami penderitaan di Babel. Tuhan sendiri menunjukkan kerahiman-Nya dengan mengumpulkan mereka dan kemuliaan-Nya menanungi mereka. Hal penting yang harus mereka lakukan adalah bertobat. Dengan bertobat maka orang akan mengalami kasih serta kemurahan Tuhan dalam menanti kedatangan-Nya.
Buah dari pertobatan adalah kekudusan. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan kepada umat di Filipi supaya jemaat hidup suci dan tak bercacat menjelang hari kedatangan Tuhan. Paulus mendoakan jemaat dengan sukacita. Doa Paulus bagi jemaat: “Semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” (Flp 1: 9-11).
Pesan Paulus tidak hanya ditujukan kepada jemaat di Filipi saat itu, tetapi juga bagi kita semua saat ini. Dalam masa adven, kita semua dipanggil untuk bertobat sehingga dapat mencapai kekudusan. Panggilan untuk pertobatan merupakan wujud nyata kasih kepada Tuhan dan sesama. Dalam masa adven ini kita berusaha supaya merasa diri sebagai orang berdosa dan bertobat. Orang dapat bertobat karena merasa bahwa dirinya dikasihi Tuhan. Semoga kita juga mengalami kasih Tuhan dalam hidup kita. Prinsip kita: Sekarang adalah saatnya untuk bertobat.
P. John Laba, SDB