Saling mengerti dan menerima
Saya merayakan Hari Ulang Tahun perkawinan sepasang suami dan istri. Usia mereka tidak mudah lagi karena setiap hari mereka mendapat sapaan baru yakni ‘oma dan opa’. Mereka pernah muda maka rasanya pada awal mula disapa oma dan opa itu kedengarannya lucu, namun mereka harus menerima kenyataan bahwa mereka memang demikian, dan layak disapa demikian. Satu hal yang saya ingat dari kesaksian hidup mereka hingga 35 tahun usia pekawinan mereka adalah komitmen bersama untuk saling mengerti dan menerima. Ini sebuah komitmen yang tidak gampang maka mereka harus berjuang untuk mewujudkannya. Perjuangan yang tidak mulus, tetapi mereka harus mengalaminya dan melewatinya.
Jatuh cinta yang benar bukan terjadi saat tatapan mata yang penuh pesona itu. Pengalaman pertama itu bukan menjadi segalanya karena dimurnikan terus menerus hingga mencapai sebuah keputusan yang matang. Kalaupun keputusannya sudah matang, masih ada kerikil-kerikil yang tajam, menghalangi perjalanan hidup selanjutnya. Sehingga jatuh cinta yang benar itu baru terjadi saat suami dan istri sudah hidup bersama. Di saat itulah ‘tidak ada kepalsuan di antara mereka’. Kalau pun ada kepalsuan tidak akan mirip dengan suasana ketika masih pacaran. Saling mengerti dan menerima satu sama lain apa adanya bukan ada apanya sangatlah berarti dalam mewujudnyatakan komitmen bersama. Benar perkataan ini: sebuah persahabatan suami dan istri adalah ketika bisa saling mengerti, memahami, dan mengisi tanpa pamrih dan akan selalu merasa senasib seperjuangan dalam suka duka.
Perayaan Natal semakin dekat. Pikiran kita diarahkan kepada nama-nama yang pernah membentuk keluarga dan memberikan keturunan hingga keluarga kudus dari Nazaret. Kita mendengat silsilah Yesus yang tentu menggambarkan pribadi-pribadi yang tidak sempurna, orang berdosa dan orang asing. Mereka semua menjadi nenek moyang Yesus Tuhan kita. Mereka juga yang memberikan kepada kita iman bahwa Yesus Kristus itu sungguh-sungguh Allah. Dia adalah Anak Maria yang mengandung dari Roh Kudus. Yesus sungguh-sungguh manusia karena memiliki seorang ibu dan Bapa.
Selanjutnya, Maria dan Yosef adalah orang tua hebat. Mereka sama-sama saling mengerti dan menerima satu sama lain. Maria mengandung dari Roh Kudus. Ia pasti merasa malu dengan Yusuf dan keluarga besar di Nazaret. Tetapi dia taat kepada kehendak Allah. Dia menghambakan dirinya bagi keselamatan manusia. Yosef adalah pria yang tulus dan suci hatinya. Ia tidak menyesal, kesal dan bercekcok dalam keluarga setelah tinggal bersama. Sesungguhnya kehendak Allah adalah yang tertinggi yang patut dipatuhi Maria dan Yosef.
Tuhan menjaga dan melindungi kita semua. St. Maria, Bunda Yesus, doakanlah kami. Santo Yosef ayah yang inspiratif, doakanlah kami dan keluarga serta komunitas kami. Hari ini berusaha untuk saling mengerti satu sama lain. Mari kita berdoa supaya Yesus juga lahir di dalam hidup kita.
Tuhan memberkati kita semua.
P. John Laba, SDB