Orang tua membutuhkan ‘SPACE’
Saya mendapat pesan singkat dari sebuah keluarga muda yang saya berkati pernikahannya. Mereka dikaruniai seorang anak yang sehat, cerdas dan baik hati. Pasutri itu bercerita bahwa salah satu kesulitan yang sedang mereka hadapi bersama anak mereka adalah tentang disiplin yang mereka berikan kepada anak mereka, karena sekarang kelihatan perubahan perilaku dari anak mereka. Ada perasaan gelisah sebagai orang tua kalau anak semata wayang itu nantinya tidak memiliki disiplin dalam hidupnya. Hidup sosialnyapun kelihatan semakin sempit karena hanya berhadapan dengan layar gadget.
Saya merasa bahwa ini bukan hanya kesulitan yang dihadapi oleh pasutri ini dalam membesarkan anak semata wayang mereka. Anda banyak di antara orang tua yang sedang membaca tulisan ini pun mungkin sedang merasakan hal yang sama, dan membuatmu stress. Memang banyak orang tua mengalami kesulitan dengan anak-anak mereka yang termasuk generasi Z dan generasi Alfa. Anak-anak generasi Z ini lahir sekitar tahun 1997 sampai 2000-an. Generasi Z merupakan generasi yang masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi sehingga terkadang disebut sebagai i-gen. Generasi Z ini dinilai sebagai generasi yang ambisius, mahir tentang hal digital, percaya diri, mempertanyakan otoritas, banyak menggunakan bahasa gaul, lebih sering menghabiskan waktu sendiri, dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Generasi Z juga rentan terkena depresi juga anxiety. Ini adalah kekhasan dari generasi Z ini. Anak-anak generasi Alfa yang lahir tahun 2010 hingga 2025 nanti juga memiliki kemiripan dengan generasi Z terutama dalam dunia digital. Makanya ketika orang tua tidak mengenal kekhasan ini maka mereka akan masuk ke dalam dunia orang tua yang penuh dengan stress.
Saya teringat pada Sarah Ockwell-Smith. Penulis buku Gentle DIscipline ini memberikan kiat untuk mendisiplinkan anak Tanpa ancaman dan hukuman. Baginya, kita akan memenangkan hati anak dengan gentle discipline. Sebab itu butuh lima langkah yang tepat yang diistilahkannya dengan kata ‘SPACE”. Apa yang dimaksudkan dengan langkah-langkah SPACE?
Langkah pertama, Stay calm (tetap tenang): Ketika anak menguji kesabaranmu maka anda terburu-buru untuk menjadi stress dan marah. Itu adalah jalan pintas yang paling mudah dan sebenarnya keliru. Sebaknya pakailah S yakni stay calm, tetaplah tenang dan berdialoglah dengan anakmu.
Langkah kedua, Proper expectation (harapan yang sepadan): Anak yang ada di hadapanmu tetaplah anak yang sedang bertumbuh dan berkembang. Jangan cepat-cepat membayangkan dirinya seperti dirimu sebagai orang tua. Untuk itu ketika mau mendisiplinkan anak perlu harapan yang sesuai dengan keadaan anakmu.
Langkah ketiga, Affinity with child (Kedekatan dengan anak): banyak orang tua sesungguhnya belum mengenal anak mereka sampai saat ini karena orang tua jarang memiliki quality time. Jarang ada waktu untuk bersama-sama dengan anak-anak sendirian, tetapi lebih suka bersama orang lain. Lebih mudah mengatur anak orang dari pada mengurus anak sendiri. Nah, butuh kedekatan dengan anak.
Langkah Keempat, Connect and contain emotions (menghubungkan dan menahan emosi). Kadang-kadang ada masalah tertentu namun anda dan anak-anak anda dalam suasana tenang. Dalam situasi seperti ini, tentu saja berusahalah untuk membangun relasi baik dan menahan emosi. Kadang orang tua mudah terpancing emosi dan membela diri di depan statusnya sebagai orang tua. Berusahalah untuk menghubungkan dan menahan emosi.
Langkah kelima, Explain and set a good example (menjelaskan dan memberi contoh yang baik): Ketika orang tua dan anak merasa tenang dan terhubung dengan baik dengan sendirinya dapat berkomunikasi dengan baik maka orang tua harus berusaha untuk menjelaskan dan memberi contoh yang baik. Orang tua tidak bisa hanya menjelaskan tetapi tidak dapat memberi contoh yang baik.
Nah, kalau saja anda sebagai orang tua atau para pendidik hendak mendisiplinkan anak-anak dengan lembut maka terapkanlah SPACE ini. Berilah kepada anak-anak ‘space’ sebagai ruang untuk bersatu, berdialog dan membangun cinta yang murni di dalam keluarga.
P. John Laba, SDB