Homili 24 Januari 2022 – Santo Fransiskus dari Sales

Hari Senin, Pekan biasa ke-III
Peringatan Wajib St.Fransiskus dr Sales
2Sam. 5:1-7,10
Mzm. 89:20,21-22,25-26
Mrk. 3:22-30

Gembala itu memimpin dan mengasihi

Pada hari ini kita merayakan pesta Santo Fransikus dari Sales. Sosok beliau dikenal sebagai seorang yang berhati gembala baik. Ia menjadi seorang uskup ketika situasi Gereja di keuskupannya mengalami keadaan yang sulit. Ketikan itu Kalvin muncul dengan ajarannya tentang predestinasi dan sempat mempengaruhi 82.000 umat katolik dan merekapun keluar dari Gereja Katolik. Namun dengan sifat gembala baik, ia bersama para imamnya bekerja keras sehingga berhasil mengembalikan 76.000 umat ke pangkuan Gereja Katolik. Apa yang dilakukan oleh santo Fransiskus dari Sales? Ia menunjukan dirinya sebagai gembala mengasihi umatnya sampai tuntas. Kasih penuh kebaikan berhasil memenangkan jiwa-jiwa mereka. Santo Fransikus dari Sales berkata: “Anda belajar bicara dengan berbicara, berlari dengan lari, bekerja dengan kerja, dengan demikian, Anda belajar cintai dengan mencintai.” Cinta kasih menjadi segalanya. Beliau juga mengajarkan tentang panggilan ilahi untuk menjadi kudus: “Kita semua dapat mencapai Kebaikan dan Kekudusan Kristiani, tidak peduli dalam kondisi kehidupan kita dan apa pun yang terjadi hidup kita bekerja sebaik mungkin.”

Sambil merenung tentang kasih dan kebaikan Tuhan melalui santo Fransiskus dari Sales, hari ini kita semua juga merasa bahwa Tuhan menyapa kita melalui sosok raja Daud yang dikenal sebagai sosok raja berhati berhati gembala bagi bangsa Israel. Saya barusan mendapat kiriman sebuah link lagu Tuhan adalah gembalaku: https://youtu.be/oiZbi7osEKM. Ini merupakan sebuah lagu yang tidak baru lagi, tetapi menyenangkan hati dan membuat saya masuk dalam permenungan sederhana tentang sosok Tuhan sebagai gembala sebagaimana dilukiskan raja Daud di dalam Kitab Mazmur (Mzm 23 1-6). Bagi Raja Daud, Tuhan adalah laksana gembala baik yang mengasihinya laksana domba sampai tuntas sehingga ia tidak pernah merasa kekurangan satu apapun. Tuhan adalah gembala yang murah hati, gembala yang selalu membaringkan Daud di padang yang berumput hijau, membimbing dan menuntunnya ke air yang tenang sehingga menyegarkan jiwanya. Dengan nama-Nya yang kudus Ia menuntun Daud ke jalan yang benar sehingga dalam lembah yang kelam pun Daud tidak merasa takut akan bahaya apapun. Dia adalah gembala yang senantiasa menyertai Daud.

Perasaan raja Daud bahwa Tuhan sungguh baik laksana gembala yang memperhatikan domba-dombanya dirasakan juga oleh seluruh Umat Israel. Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai gembala bagi bangsa Israel yang menuntun mereka keluar dari Tanah Mesir hingga ke Tanah Terjanji. Sosok gembala baik juga dirasakan oleh banyak orang yang pernah hadir, mendengar dan merasakan Yesus sebagai Gembala Baik. Tuhan dan sifat kegembalaan-Nya juga kita rasakan saat ini di dalam Gereja dan dunia. Dalam situasi hidup yang tidak menentu akibat pandemi, kita kembali kepada Tuhan yang memberi hidup kita. Tuhan sendiri mengenal dan memanggil domba-domba-Nya dan domba-domba pun mengenal-Nya sebagai gembala sejati.

Dalam bacaan pertama, kita mendengar saat istimewa bagi Daud yang berusia 30 Tahun didatangi segala suku Israel di Hebron untuk memintanya supaya menjadi raja. Mereka mengingatkannya pada semangat kepemimpinan yang dimilikinya dalam memimpin gerakan-gerakan orang Israel pada zaman raja Saul. Dan karena itu Tuhan sendiri mengingatkan Daud untuk menjadi gembala atas Umat Israel sekaligus menjadi rajanya. Para tua-tua Israel berkumpul di Hebron dan menyatakan pakta integritas bersama di hadirat Tuhan. Selanjutnya mereka mengurapi Daud sebagai raja Israel dan Ia pun memerintah Israel selama 40 Tahun. Daud menjadi raja dan gembala bagi bangsa Israel dengan kuasa yang berasal dari Tuhan. Tuhan semesta alam menyertai raja Daud selamanya. Tuhan benar-benar menunjukkan kasih dan kesetiaan-Nya kepada raja yang diurapi-Nya (Mzm 89:25a).

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai Gembala baik menjauhkan manusia dari kuasa-kuasa kegelapan. Tetapi sayang sekali karena orang-orang saat itu menganggap Yesus tidak waras lagi. Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus kerasukan Beelzebul. Ada yang mengatakan bahwa Yesus dapat mengusir setan karena kuasa Beelzebul sang penghulu setan. Tentu saja Yesus kaget mendengar celotehan tentang diri-Nya. Berkaitan dengan ini Yesus berkata: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya.” (Mrk 3:23-36). Dalam hidup ini kita juga terkadang tidak menjadi diri kita seadanya. Kita menjadi orang lain di dalam diri kita. Ada iblis di dalam hidup kita, padahal kita mengaku pengikut Kristus. Tanda bahwa ada iblis di dalam hidup kita adalah ada keengganan untuk mengaku dosa dan stress dengan hidup kita sendiri.

Seorang gembala memang harus berusaha untuk tahan banting terhadap segala situasi yang ada di hadiratnya. Gembala siap untuk dicaci maki, siap untuk dibully bahkan siap untuk menyerahkan nyawanya. Kita pun dipanggil untuk mengikuti jalan yang sama seperti yang Yesus lewati. Mari kita berjuang, tidak gentar untuk menggembalakan sesama dan sanak keluarga kita. Hal yang terpenting untuk menjadi gembala berbau domba adalah mengenal, menyapa dan memperhatikan domba-dombanya. Apakah anda seorang gembala dalam hidupmu? Gembala itu pemimpin dan penuntun yang mengasihi. Santo Fransikus dari Sales, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB