Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XVII
Yer. 18:1-6
Mzm. 146:2abc,2d-4,5-6
Mat. 13:47-53
Pukat dan Keragaman Ikan
Apakah anda pernah melihat para nelayan yang menyebarkan pukat mereka di sungai atau laut? Setelah beberapa saat mereka akan menarik pukat itu ke darat. Sambil menarik pukat itu mereka memiliki harapan yang besar, terutama bahwa mereka akan mendapatkan banyak ikan. Jadi dalam pikiran mereka adalah mendapatkan banyak ikan. Mereka belum sempat memikirkan apakah ikan-ikan yang masuk ke dalam pukat itu sehat untuk di makan atau sebaliknya. Ini memang sangat manusiawi tetapi sungguh nyata. Jumlah ikan yang banyak biasanya mengalahkan mutu atau kualitas ikan. Bagi saya ini adalah pengalaman keseharian kita juga. Banyak kali kita mengutamakan jumlah dan mengabaikan kualitasnya.
Pada hari ini kita mendengar perkataan lanjutan dari Yesus tentang Kerajaan Surga. Sebelumnya Yesus berbicara tentang Kerajaan Sorga yang seumpama dengan harta terpendam dan mutiara yang indah. Tuhan Yesus tidak hanya berbicara tentang betapa berharganya Kerajaan Sorga. Santo Hironimus mengatakan Kerajaan Sorga adalah Pribadi Allah yang tersembunyi di dalam diri Yesus Kristus. Sebab itu ketika seorang menerima Kerajaan Sorga berarti dia menerima Allah Bapa dan melakukan perintah-perintah Allah di dalam hidupnya. Kerajaan Sorga yang menyatakan jati diri Allah sebagai kasih, kebenaran, damai dan sukacita. Selanjutnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut. Dari pukat itu sang nelayan mendapat banyak ikan. Ada ikan yang baik langsung dimasukkan ke dalam pasu, sedangkan ikan yang jelek langsung dibuang. Kita perlu memahami bahwa pukat adalah lambang dari Gereja sedangkan lautan adalah dunia.
Dari perumpamaan ini kita mendapat gambaran bahwa ikan yang tertangkap dalam pukat itu ada dua jenis yaitu ikan baik dan ikan yang tidak baik. Ikan baik tentu merupkan ikan yang dapat dimakan sedangkan ikan yang tidak baik adalah ikan yang tidak dapat dimakan. Pukat merupakan kiasan dari Gereja. Di dalam Gereja sendiri ada orang yang baik yang hidupnya berkenan pada Allah. Ada juga orang-orang berdosa yang hidupnya jauh dari Tuhan. Di dalam Katekismus Gereja Katolik, kita membaca ekspresi berikut ini: “Gereja adalah kudus: Roh Kudus adalah asalnya; Kristus, Mempelainya, telah menyerahkan Diri untuknya, untuk menguduskannya; Roh kekudusan menghidupkannya. Memang orang berdosa juga termasuk di dalamnya, tetapi ia adalah “yang tak berdosa, yang terdiri dari orang-orang berdosa”. Dalam orang-orang kudusnya terpancar kekudusannya; di dalam Maria ia sudah kudus secara sempurna.” (KGK, 867). Di dalampukat ada ikan yang baik dan ikan yang tidak baik. Di dalam Gereja ada orang baik dan orang jahat.
Dalam perumpamaan tentang pukat ini, Tuhan Yesus juga mengingatkan para murid-Nya tentang akhir zaman. Ia berkata: “Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.” (Mat 13:49-50). Tuhan teralu sabar dan baik kepada manusia. Ia memberi kesempatan supaya manusia dapat hidup berdampingan, yang baik dan jahat hidup bersama. Di harapkan agar setiap orang baik dapat mengubah hidup orang yang tidak baik. Butuh keteladanan yang dapat mengubah hidup orang lain.
Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan tentang pukat untuk menggambarkan hari penghakiman. Dia sedang berbicara kepada para murid-Nya yang mengenal bagaimana menangkap dan menyortir ikan sebab mereka sebekumnya adalah para nelayan di Galilea. Dia berbicara dengan bahasa mereka sehingga bisa mengkomunikasikan sebuah kebenaran rohani seeara efektif. Dan karena itu Yesus memberikan penafsiran yang singkat tentang perumpamaan ini. Pada akhirnya Ia mengatakan: “Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi” (Matius 13:49-50). Perkataan Yesus ini hampir identik dengan yang diberikan oleh Yesus di dalam perumpamaan tentang gandum dan lalang. Yesus berkata: “Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi” (Matius 13:40-42).
Apakah yang diajarkan perumpamaan ini?
Tuhan Yesus menghendaki agar kita sebagai pengikut-pengikut-Nya hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Kita pergi dan melakukan tugas dan perutusan kita sehari-hari. Kita siap untuk bersaksi kepada semua orang; mengajak mereka ke gereja; mengingatkan mereka terus menerus akan perlunya iman dan pertobatan; dan mengarahkan perhatian mereka kepada hari penghakiman di mana pada waktu itu dilakukan pemisahan terakhir antara orang jahat dan orang benar.
Kita perlu mempercayakan diri kepada Tuhan. Dia laksana tukang priuk yang sedang mengerjakan oriuk dari tanah liat. Dan Tuhan berkata: “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.” (Yer 18:4). Setiap pukat ada ikan baik dan ikan yang tidak baik. Tuhan sendiri yang memiliki kuasa untuk membuat bejana tanah liat itu menjadi rapi dan indah. Manusia yang berdosa dibuatnya bertobat dan layak mendapat keselamatan. Di tempat lain Tuhan berkata: “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman Tuhan. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!” (Yer 18:6).
Pukat adalah Gereja kita. Di dalam Gereja ada orang baik dan orahg jahat. Semuanya dikasihi Tuhan. Mari kita berusaha untuk saling membantu, bertumbuh bersama, mengalami kasih dan kesabaran Tuhan. Keselamatan hanya datng dari Tuhan.
P. John Laba, SDB