Belajar dari Kesetiaan Santo Yoseph
Pada pagi hari ini saya mendapat sebuah kiriman kutipan perkataan dari seorang penulis Amerika Serikat yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Dia adalah Zig Ziglar. Beliau pernah berkata: “The foundation stones for a balanced success are honesty, character, integrity, faith, love and loyalty” (Batu pondasi untuk mencapai sukses yang seimbang adalah kejujuran, karakter, integritas, iman, cinta, dan kesetiaan). Saya sepakat dengan pandangan ini. Kalau sekiranya ada seorang dapat melakukannya dengan baik maka dia akan dikenang sebagai orang yang terbaik. Kesetiaan memang mahal. Ketika kesetiaan berkurang maka akan sangat berpengaruh terhadap segala hal yang dialami dalam keseharian kita. Berkurangnya kesetiaan berpengaruh besar terhadap relasi antar pribadi di dalam dan luar rumah.
Beberapa hari terakhir ini saya membaca buku berjudul: “St. Joseph, the silent missionary karangan Fulgensius Hurhuria, SSP. Di dalam buku itu, Fulgensius menjelaskan tentang sosok santo Yosef sebagai pria yang memiliki kesetiaan yang luar biasa. Ada empat aspek kesetiaan yang dimiliki oleh Santo Yosef, di antaranya: Pertama, Santo Yosef menyampaikan kepada kasih karunia Allah. Kasih karunia Allah itu laksana pancaran sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh air nan jernih di pegunungan. Kasih karunia Allah membuatnya percaya pada rencana Allah di dalam diri Bunda Maria dan Anak yang ada di dalam kandungan-Nya. Dia tetap terikat pada kasih karunia Allah dalam relasinya dengan Anaknya Yesus dan Bunda Maria. Yoseph pada akhirnya menjadi perantara kasih karunia Allah melalui doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan dengan perantaraannya. Dia bahkan menjadi pelindung Gereja semesta. Kedua, Santo Yosef setia kepada kehendak Allah. Santo Yosef dari awal hingga akhir hidupnya selalu bersama dengan keluarga kudus dari Nazaret. Bahwa pada mulanya Santo Yosef juga mengalami krisis hingga bermaksud menceraikan Maria, namun santo Yosef adalah pria tulen. Dia setia pada kehendak Allah. Dia berani mengambil keputusan yang tepat di dalam hidupnya berdasarkan kehendak Allah.
Ketiga, Santo Yosef setia kepada Yesus Anaknya. Kita mengingat malaikat yang menampakkan diri kepada Yoseph dalam mimpi untuk menerima Maria yang sedang mengandung Yesus. Yoseplah yang akan memberi nama anak laki-laki dalam kandungan Maria dengan nama Yesus. Yoseph setia kepada Yesus ketika bersama Maria membawa Yesus untuk mempersembahkan-Nya di dalam bait Allah. Malaikat menampakkan diri dalam mimpi untuk menyampaikan Yosep supaya berlari ke Mesir demi menyelamatkan bayi Yesus yang sedang menjadi incaran Herodes untuk dibunuh. Dari Mesir, malaikat Allah menyampaikan kepada Yoseph untuk kembali ke Nazaret. Di Nazaret inilah Yoseph mewujudkan dirinya sebagai tukang kayu sehingga Yesus sendiri disebut sebagai anak tukang kayu. Kesetiaan Yoseph kepada Yesus ditunjukkan juga ketika Yesus menghilang di dalam Bait Allah sehingga bersama Maria mereka mencari Yesus sampai menemukan-Nya. Keempat, Santo Yoseph setia kepada Maria. Kesetiaan Yoseph kepada Maria tidak terpisahkan dari kesetiannya kepada Yesus. Yoseph menerima Maria di dalam seluruh hidupnya. Yoseph menemani perjalanan Maria sebagai ibu Yesus sejak Maria menerima khabar sukacita, melayani Elizabeth di Ayin Karen, melakukan perjalanan dalam sensus penduduk di Bethlehem di mana menjadi saaat Maria melahirkan Yesus. Yoseph menemani Maria ke Mesir dan tinggal di sana hingga kembali ke Nazareth. Yoseph menemani Maria hingga saat ajalnya menjemput.
Mari kita memandang santo Yoseph dan belajar pada kesetiaannya. Empat kesetiaan santo Yoseph yakni kesetiaan kepada kasih karunia Allah, kepada kehendak Allah, kesetiaan kepada Yesus sang Putera Allah dan kesetiaan kepada Maria Bunda Allah haruslah menjadi bagian dari kesetiaan hidup kita. Betapa luhurnya santo Yoseph, seorang pria yang luar biasa. Dia setia selamanya. Kita patut memohon supaya Tuhan menganugerahkan kesetiaan yang sama kepada kita. Santo Yoseph, doakanlah kami. Amen.
P. John Laba, SDB