Hari Kamis, Masa Biasa Pekan ke-2
Hari kedua Pekan Doa Sedunia
Ibr. 7:25-8:6
Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,17
Mrk. 3:7-12
Kekuatan sebuah perbuatan baik
Kita sedang berada di hari kedua Pekan doa sedunia untuk persekutuan umat Kristiani. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tema pekan doa sedunia tahun 2023 ini adalah ‘berbuat baik, carilah keadilan’ (Yes 1:17). Setiap pengikut Kristus mestinya menyadari bahwa Tuhan sendiri telah menganugerahkan segala kebaikan kepadanya maka dia pun harus berusaha untuk berbuat baik dalam hidupnya. Perbuatan baik selalu dikaitkan dengan motivasi orang yang berbuat baik. Berkaitan dengan ini, Santa Theresia dari Kalkuta pernah berkata: “Jika Anda baik, orang mungkin menuduh Anda memiliki motif tersembunyi. Tetap jadilah baik.” Saya sepakat dengan perkataan orang kudus pencinta kaum miskin ini. Sepanjang hidupnya dia membaktikan dirinya dengan berbuat baik bahkan dia sendiri wafat di tengah kaum miskin yang merasakan dan mengalami perbuatan baiknya. Orang yang selalu berbuat baik juga tidak akan luput dari tuduhan-tuduhan tertentu khususnya yang berkaitan dengan motivasi perbuatan baik itu sendiri. Semua ini adalah hal yang lumrah dalam hidup kita.
Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan Tuhan Yesus dalam Injil Markus. Ketika itu Tuhan Yesus sudah memiliki nama besar di sekitar Danau Galilea karena setiap perkataan dan perbuatan yang telah dilakukan-Nya. Ia dikenal karena berbicara dalam pengajaran-Nya dengan kuasa dan wibawa tidak seperti para ahli Taurat. Dia membuat tanda-tanda heran untuk menyelamatkan semua orang tanpa memandang siapakah orang itu. Dikisahkan Penginjil Markus bahwa ketika itu Tuhan Yesus melanjutkan perjalanan-Nya untuk berbuat baik. Dia bersama para murid-Nya menyingkir ke Danau Galilea. Kapernaum menjadi markas Dia bersama para murid-Nya. Orang banyak mulai berdatangan dari berbagai penjuru yakni daerah-daerah Yudea, Yerusalem, Idumea, seberang sungai Yordan dan dari daerah Tirus dan Sidon. Membaca nama-nama tempat ini, kelihatan sekali bahwa misi Yesus adalah menyelamatkan semua orang dari berbagai suku dan bangsa. Tirus dan Sidon berada di luar komunitas Yahudi tetapi mereka datang untuk merasakan keselamatan yang tidak lain adalah buah dari perbuatan baik Tuhan Yesus sendiri.
Apa reaksi Yesus ketika melihat begitu banyak orang yang datang kepada-Nya? Dia semakin termotivasi untuk menolong mereka. Kita mengingat sebuah perkataan Yesus ini: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” (Luk 4:47). Kesadaran akan perutusan-Nya ini yang mendorong-Nya untuk terus melayani dan menyelamatkan umat manusia. Penginjil Markus bersaksi bahwa Yesus meminta kepada para murid-Nya supaya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya untuk mencegah jangan sampai orang banyak itu menghimpit-Nya. Penyebab utamanya adalah begitu banyak orang yang berdesak-desakan untuk memperoleh penyembuhan dari tangan-Nya. Keinginan mereka adalah supaya Tuhan Yesus menjamah tubuh mereka yang sakit dan menyembuhkannya. Bahkan Roh-roh jahat yang merasuki mereka jatuh tersungkur di hadapan Yesus dan tidak segan-segan mereka mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Meskipun demikian, Yesus tetap fokus pada pelayanan dan perbuatan baik-Nya. Dia tidak termakan oleh pujian, malah Ia melarang orang-orang yang merasakan kasih dan kebaikan-Nya untuk tidak menceritakan kepada siapa pun.
Apa yang kita pelajari dari Tuhan Yesus?
Penulis surat kepada umat Ibrani bersaksi bahwa Tuhan Yesus adalah Imam Agung yang sanggup menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka (Ibr 7:25). Ia menyelamatkan semua orang dari berbagai suku dan bangsa sebagaimana dikisahkan di dalam bacaan Injil hari ini. Hal yang dilakukan-Nya adalah dengan tangan-Nya yang kudus Ia menjamah dan menyembuhkan semua orang sakit yang datang kepada-Nya. Ia juga tidak memilih siapa yang akan disembuhkan-Nya. Semua orang yang datang terutama orang-orang sakit memiliki hak yang sama untuk disembuhkan. Maka benarlah bahwa keselamatan dalam nama Tuhan Yesus itu sifatnya universal.
Tuhan Yesus mengajar kita untuk melayani tanpa pamrih. Dikisahkan dalam Injil bahwa Dia melarang mereka semua untuk tidak menceritakan kepada orang lain tentang perbuatan-perbuatan baik yang sudah sedang dilakukan-Nya. Sikap Yesus ini sangat baik karena mengoreksi kita semua yang suka menceritakan perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan, segala sumbangan apapun kepada sesama kita. Kita lupa bahwa semua yang kita miliki adalah titipan dari Tuhan untuk kita salurkan kepada sesama yang lain yang sangat membutuhkan.
Hari ini kita juga belajar dari orang-orang yang berdatangan pada Yesus. Keteladanan yang mereka berikan kepada kita adalah bahwa mereka membutuhkan Yesus. Mereka ingin merasakan kasih dan kebaikan Yesus. Mereka mencari keadilan di dalam Yesus. Banyak kali kita lebih mengandalkan diri kita dan lupa mengandalkan Tuhan. Atau kita mencari Tuhan saat kita membutuhkan-Nya saja, selebihnya kita bersifat apatis. Ini adalah kerapuhan hidup kita. Harusnya kita selalu mencari Tuhan Yesus, belajar dari-Nya untuk berbuat baik dan ikut menyelamatkan sesama kita. Kekuatan sebuah perbuatan baik adalah memanusiakan sesama kita di dunia ini sebab itu jangan pernah berhenti untuk berbuat baik. Semoga gereja-gereja tetap menjalani misi perbuatan baik Tuhan Yesus di atas dunia ini.
P. John Laba, SDB