Homili Hari Minggu Biasa ke-VIA – 2023

Hari Minggu Biasa VIA
Sir. 15:15-20
Mzm. 119:1-2,4-5,17-18,33-34
1Kor. 2:6-10
Mat. 5:17-37

Berani untuk memilih yang terbaik

Pada hari Minggu pagi ini saya mendapat kiriman sebuah kalimat yang bagus dan sangat menginspirasi. Bunyi kalimat yang saya maksudkan adalah: “Hidup ini adalah sebuah pilihan. Kita dapat memilih berbagai hal yang dapat kita jalani sebagaimana mestinya, meskipun terdapat banyak rintangan serta konsekuensi yang harus diterima.” Perkataan ini tentu bukan hanya sekedar tatanan kata saja, tetapi lebih merupakan ungkapan pengalaman keseharian kita, sekaligus dorongan tersendiri bagi kita untuk berani memilih yang terbaik di dalam hidup kita. Thomas Merton, seorang biarawan dan teolog dari Amerika pernah berkata: “Kita harus membuat pilihan yang memungkinkan kita untuk memenuhi kapasitas terdalam dari diri kita yang sebenarnya.” Pilihan-pilihan mendasar dalam hidup kita berdasar pada kehendak dan kasih Tuhan.

Hari Minggu Biasa ke-VIA tahun ini, bertepatan dengan World Marriage Day (Hari pernikahan sedunia). Hari istimewa ini bermula dari sebuah ide yang dicetuskan oleh Worldwide Marriage Encounter, dalam hal ini sebuah organisasi di Amerika yang berhubungan dengan Catholic Marriage Movement (Gerakan pernikahan Katolik). Hari istimewa ini dirayakan pada hari Minggu kedua di bulan Februari setiap tahun. Tujuan awal perayaan World Marriage Day adalah untuk merayakan dan mendoakan “suami dan istri sebagai dasar keluarga dan unit dasar masyarakat”. Selain itu perayaan ini bertujuan untuk memberikan penghormatan pada gagasan bahwa pernikahan dimaksudkan untuk mewujudkan kesetiaan, pengorbanan, dan sukacita dalam kehidupan sehari-hari. Paus Yohanes Paulus II meminta Gereja Katolik untuk merayakannya pada Hari Minggu kedua dalam bulan Februari sejak tahun 1993.

Tuhan menyapa kita pada hari Minggu Biasa ke-VI/A ini. Sapaan Tuhan dalam Sabda hari ini terutama untuk memberikan kekuatan kepada para pasutri supaya setia mewujudkan pilihan hidup mereka, saling mengampuni dan menjauhkan diri dari perceraian di dalam keluarga. Sebuah perkataan Yesus sekaligus teguran yang keras kepada para pasutri hari ini tercermin dalam perkataan dalam bacaan Injil hari ini: “Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.“ (Mat 5:31-32). Tuhan memiliki rencana untuk mempersatukan para suami dan istri bukan untuk menceraikan atau memisahkan. Ini kiranya menjadi ujud doa yang penting bagi kita semua di hari istimewa  bagi para pasutri ini.

Dalam bacaan pertama dari Kitab Putra Sirakh, kita semua diingatkan bahwa hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan penting. Di hadapan kita ada api dan air, hidup dan mati yang harus kita pilih. Ini tentu saja kita membutuhkan kebijaksanaan dari Tuhan yang ‘sungguh besar’. Sebagai anak-anak Tuhan, kita diberikan anugerah istimewa yaitu memiliki akal budi, kehendak bebas dan hati nurani. Tuhan Allah memberi kepada kita kehendak bebas supaya kita mewujudkan diri sebagai manusia setiap saat kehidupan. Apakah manusia berjalan sendiri dalam menentukan pilihannya? Jawabannya adalah tidak! Penulis Kitab Putra Sirakh menegaskan: “Sungguh besarlah kebijaksanaan Tuhan, la adalah kuat dalam kekuasaan-Nya dan melihat segala-galanya. Mata Tuhan tertuju kepada orang yang takut kepada-Nya, dan segenap pekerjaan manusia la kenal.” (Sir 15:18-19). Lebih dari itu, “Tuhan tidak menyuruh orang menjadi fasik, dan tidak memberi izin kepada siapapun untuk berdosa.” (Sir 15:20). Pilihan-pilihan penting di dalam hidup memang merupakan cerminan kehendak bebas kita, namun campur tangan Tuhan tetaplah menjadi nomor satu. Tuhan Yesus berkata: “Terlepas dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5).

Santo Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita bahwa sebelum dunia dijadikan, Tuhan Allah telah menyediakan hikmat bagi kemuliaan kita. Kita semua sudah memiliki jalinan kasih sebagai Anak dan Bapa di surga sejak sebelum dunia dijadikan. Santo Paulus mengatakan bahwa Roh Allah sendiri yang menyelidiki segala sesuatu bahkan hal-hal yang tersembunyi di dalam diri Allah sendiri. Roh Kudus turut bekerja dalam setiap kegiatan hidup ini. Pilihan-pilihan hidup perlu diperkuat dalam karya-karya kasih kita.

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus melanjutkan pengajaran kepada para murid-Nya di bukit sabda Bahagia. Kali ini Tuhan Yesus mengatakan: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17). Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya yang semuanya adalah orang-orang Yahudi, yang hidup dalam budaya Yahudi dan zamannya. Sebab itu Tuhan Yesus tidak datang untuk menggenapi semua hukum yang saat itu ada dalam budaya mereka. Tuhan Yesus menggenapi dengan memberikan hukum kasih sebagai perintah baru bagi mereka semua. Untuk mengejawantah hukum kasih dalam hidup yang nyata maka Tuhan Yesus mengingatkan mereka akan hal-hal lain yakni: mengajarkan dan melaksanakan dengan baik hukum sehingga mendapat tempat yang tinggi di dalam Kerajaan. Hidup sebagai orang beriman yang baik sesuai kehendak Tuhan. Mentaati perintah-perintah Tuhan dengan berlaku adil, mampu hidup berdampingan dengan semua orang. Kemampuan untuk mengampuni dan membangun rasa damai. Kesetiaan di dalam hidup perkawinan dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit. Kesetiaan dalam melaksanakan janji-janji yang sudah diikrarkan. Ketulusan dan kejujuran dalam mengatakan kebenaran: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat 5:37).

Sabda Tuhan pada hari Minggu ini menguatkan kita untuk setia dalam pilihan-pilihan hidup kita. Tentu saja ada banyak konsekuensi yang harus kita hadapi dalam pilihan-pilihan hidup ini. Namun demikian kita perlu setia dan percaya bahwa Tuhan adalah tokoh utama yang memperkuat pilihan-pilihan hidup ini. Dalam segala situasi, Tuhanlah tokoh utama yang menyempurnakan hidup kita. Sebab itu beranilah memilih yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan banyak orang.

P. John Laba, SDB