15 Februari 2023
Hari Rabu, Pekan Biasa ke-VI
Kej. 8:6-13, 20-22
Mzm. 116: 12-13,14-15,18-19
Mrk. 8:22-26
Tema: Tuhan adalah Penyelamat kita
Bacaan Pertama: Kej. 8:6-13, 20-22
• Dengan membaca Kitab Kejadian bab I-11, kita mendapat gambaran tentang Allah menjadikan segala sesuatu baik adanya. Namun manusia menyalahgunakan kasih Allah dan kebebasan sebagai anugerah dengan jatuh ke dalam dosa. Dosa manusia pertama semakin bertambah. Tuhan Mahabaik dilawan. Sebab itu Tuhan memiliki rencana untuk membaharui generasi manusia, kiranya dapat kembali kepada kehendak Tuhan yakni ‘Baik adanya.’
• Nuh adalah model orang benar di tengah banyak orang yang tidak benar. Peristiwa air bah dalam kisah ini membuka wawasan kita tentang rencana Tuhan untuk memurnikan generasi manusia. Manusia lama diubah dengan air untuk menjadi manusia baru.
• Dunia yang penuh dosa tenggelam, manusia lama mati, tumbuhan dan hewan-hewan pun demikian. Kiranya generasi Nuh sebagai orang benar akan mengisi bumi yang baru setelah air bah ini.
• Air bah selama 40 hari adalah hari pemurnian.
• Nuh melepaskan burung gagak hitam. Ada yang mengkaitkan burung gagak dengan
kematian, tetapi di dalam Kitab Suci burung gagak juga berhubungan dengan kebaikan. Burung gagak rupanya disenangi Tuhan karena ia dipakai untuk membawa daging dan roti kepada nabi Elia (I Raj. 17:4, 6).
• Burung merpati dilepaskan dua kali dan kembali membawa ranting zaitun. Ini adalah symbol pendamaian atau rekonsiliasi antara Tuhan dan manusia.
• Nuh adalah orang benar yang tahu bersyukur kepada Tuhan. Dia mendirikan mezbah dan memberikan persembahan berupa kurban bakaran kepada Tuhan.
• Wujud nyata rekonsiliasi terungkap dalam perkataan ini: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” (Kej 8:21-22).
• Bacaan pertama memiliki jalur pemikiran yang bagus: Ada dosa yang bertambah banyak, ada pemurnian di pihak Tuhan dan ada rekonsiliasi antara Tuhan dengan manusia.
Bacaan Injil: Mrk. 8:22-26
• Kisah orang buta disembuhkan oleh Tuhan Yesus di daerah Betzaida. Betzaidah artinya rumah nelayan. Mereka adalah Petrus, Andreas dan Filipus.
• Ada orang buta tanpa nama, di antar untuk bisa disembuhkan oleh Yesus dengan cara menjamahnya.
• Cara penyembuhannya unik: orang buta mungkin bukan berasal dari kampung itu maka dibawa ke luar kampung untuk disembuhkan. Tuhan Yesus “meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?” Pada bagian pertama ini orang buta belum melihat dengan jelas, baru bayang-bayang seperti pohon.
• Pada tahap berikutnya Yesus meletakkan tangan di mata orang buta lalu menjadi sembuh. Yesus melarangnya untuk masuk kembali ke kampung. Mungkin dia bukan orang kampung itu atau kampung bisa juga menjadi tempat yang membutakan dia.
• Kisah ini menarik: Pertama, ada orang yang percaya pada kuasa Yesus untuk menyembuhkan. Mereka ini Tuhan pakai untuk membawa keselamatan kepada sesamanya dalam Yesus. Orang buta, dia mengalami kesembuhan karena iman dari sesamanya. Prosesnya bertahap: Tuhan Yesus meludahi mata dan meletakkan tangan.
• Tuhan Yesus sebagai tokoh utama: menjamah dan menyembuhkan. Membuka mata orang buta untuk melihat terang.
• Kisah ini berhubungan dengan sakramen pembaptisan. Air ludah dan tangan Tuhan menjadi bagian peting dalam sakramen pembaptisan.
Hubungan bacaan pertama dan Injil:
• Kedua bacaan memiliki satu fokus perhatian yakni ada realitas dosa dan keselamatan. Dosa yang bertambah banyak dalam perjanjian lama, dosa merupakan symbol kebutaan dalam Injil. Dosa bisa dilepas hanya oleh Tuhan
• Ada rekonsiliasi. Manusia menjadi generasi baru atau ciptaan baru (bacaan pertama) dan orang buta bisa melihat terang (bacaan Injil).
• Sakramen pembaptisan menjadi ingatan yang bagus. Air baptis membaharui manusia, dan air ludah Yesus melepaskan kebutaan manusia.
• Keselamatan dari Tuhan juga menjadi andil sesama yang lain di sekitar kita.
P. John Laba, SDB