Hari Senin, Pekan Biasa ke-VII
Sir. 1:1-10
Mzm. 93:1ab,1c-2,5
Mrk. 9:14-29
Doa dapat menyembuhkanmu!
Saya sebagai seorang imam selalu diundang umat untuk mendoakan orang sakit dan memberi sakramen perminyakan juga viaticum. Adakalanya orang yang meminta untuk didoakan masih dalam kondisi ringan, tetapi ada juga yang sudah dalam keadaan sekarat sehingga orang sakit sendiri tidak ikut berdoa dan menjawab selama ibadat berlangsung. Padahal sangat jelas perkataan santo Yakobus: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak 5:14-15). Tuhan Yesus sendiri ketika mengutus para murid-Nya, Ia berkata: “Sembuhkanlah orang sakit” (Mat 10:8). Ini menjadi tugas perutusan Gereja sepanjang zaman. Dan yang menjadi dasarnya adalah iman dan doa kepada Tuhan. Ini adalah sebuah hikmat dari Tuhan yang tak dapat kita sia-siakan.
Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil yang sangat meneguhkan. Tuhan Yesus bersama ketiga murid terpilih yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes menuruni gunung yang tinggi. Mereka tidak bisa tinggal terus di atas gunung dan menyaksikan transfigurasi Yesus sang Anak Manusia. Mereka turun gunung dengan satu semangat yang sama yaitu menutup mulut terhadap peristiwa transfgurasi yang barusan mereka saksikan. Mereka memang menutup mulut sesuai dengan permintaan Yesus namun ada satu hal lain yang mereka hadapi ketika tiba di kaki gunung yang tinggi itu. Ada realitas orang sakit yang membutuhkan anugerah kesembuhan. Orang sakit dalam kisah Injil hari ini adalah seorang anak tanpa nama yang kerasukan roh jahat sehingga dia tidak dapat berbicara. Sanak keluarganya merasa panik dan memohon supaya para murid Yesus dapat menyembuhkannya. Tetapi sayang sekali para murid tidak mampu melakukannya.
Tentu saja kita melihat bahwa keluarga yang sakit ini mendengar dan percaya pada kuasa Yesus. Lagi pula ada Sembilan murid yang masih berada di kaki gunung yang tinggi itu. Orang merasa yakin bahwa pasti mereka juga memiliki kuasa dari Yesus untuk menyembuhkan. Namun sayang sekali karena mereka tidak dapat melakukannya. Sanak keluarga yang sakit merasa kecewa karena harapan mereka akan kesembuhan melalui para murid Yesus tidak terlaksana. Yesus sendiri ketika mengetahui hal ini merasa kecewa: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” (Mrk 9:19). Anak yang mengalami kerasukan itu sejak masih kecil dan sangat menderita. Ketika dirasuki, inilah yang terjadi padanya: “Setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang.”
Tuhan Yesus menunjukkan belas kasih-Nya. Dia menyembuhkan anak itu seketika itu juga. Bagaimana cara menyembuhkannya? Yesus menunjukkan kuasa-Nya dengan membentak roh jahat itu: “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!” (Mrk 9:25). Semua orang menyaksikan bahwa roh itu benar-benar keluar dari tubuh anak itu sambil menggoncangnya. Semua orang takjub dengan peristiwa yang menjadi tanda heran untuk kesekian kalinya. Para murid saja merasa heran dengan ketidakmampuan mereka. Yesus lalu menasihati mereka tentang kuasa doa: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.” (Mrk 9:29).
Para murid adalah kita! Betapa kita selalu bangga dan menepuk dada bahwa kita ini pengikut Kristus dan mewariskan kuasa Yesus kepada sesama yang lain. Tetapi ternyata kita sama saja dengan para murid yang tidak mampu menyembuhkan orang sakit atau mengusir setan-setan seperti yang diharapkan Yesus. Mengapa? Karena kita tidak berdoa atau kita salah berdoa. Santo Yakobus menulis: “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yak 4:3). Kita sering salah berdoa karena kita berdoa untuk memuaskan hawa nafsu kita untuk berkuasa, menjadi populer dan bisa dipuji orang. Tuhan menjadi nomor dua dan kehebatan manusiawi menjadi nomor satu.
Kita membutuhkan hikmat dari Tuhan untuk mengubah hidup kita yang penuh kelemahan ini. Kita perlu hikmat dalam doa untuk menyembuhkan diri kita yang rapuh dan menyembuhkan diri sesama yang rapuh juga. Kalau saja kita menyadari hikmat untuk mentranformasi hidup kita maka mungkin kita tidak akan selama-lamanya berada di dalam lumpur dosa. Mukjizat bisa terjadi kapan saja karena hikmat Tuhan melimpah di dalam diri kita masing-masing. Kitab Putra Sirak menguatkan kita semua: “Tuhanlah yang menciptakan kebijaksanaan, yang melihat serta membilangnya, lalu mencurahkannya atas segala buatan-Nya.” (Sir 1:9). Mari kita membuka hati dan tangan kita untuk memohon kesembuhan dari Tuhan: “Ya Tuhan, sembuhkanlah kami. Amen.
PJ-SDB