Homili 23 Februari 2023 – Santo Polikarpus

Hari Kamis setelah Rabu Abu
Polikarpus
Ul. 30:15-20
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Luk. 9:22-25

Percuma saja memperoleh seluruh dunia!

Hari ini kita mengenang santo Polikarpus. Beliau dikenal sebagai uskup gereja perdana di Smyrna (Turki). Murid dari Santo Yohanes Penginjil ini menjadi gembala di Smyrna. Ada sebuah perkataan santo Polikarpus menjelang kemartirannya sangatlah inspiratif. Ketika itu gubernur Romawi memintanya untuk menghujat Yesus, Polikarpus bersaksi dengan berani: “Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja yang telah menyelamatkanku?” Ini benar-benar sebuah kesaksian iman yang luar biasa. Setelah wafat, di atas kuburnya terdapat tulisan: “Dirimu kami cintai melebihi berlian, kami sayangi melebihi emas permata, dan kami baringkan tubuhmu yang suci di tempat yang layak bagimu. Di tempat ini ingin kami berkumpul dengan gembira untuk merayakan ulang tahun wafatmu sebagai martir Kristus yang jaya.”

Perkataan santo Polikarpus ini sangat menginspirasi kita untuk memahami perkataan Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil pada hari ini. Penginjil Lukas menceritakan bahwa sebanyak empat kali Tuhan Yesus memberitakan tentang penderitaan-Nya yakni dalam Lukas 9:22–27; 9:43-45; 13:31-35 dan 18:31-34. Perikop kita pada hari ini, merupakan pemberitahuan yang pertama kepada para murid-Nya. Tuhan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Lihatlah bahwa Tuhan Yesus tidak ragu, segan dan takut untuk mengatakan penderitaan-Nya kepada para murid. Dia ‘harus’ menanggung banyak penderitaan dan penolakan. Dua kata yang membuat kita ikut merasa terluka: menderita dan ditolak. Apakah anda pernah merasakan suatu penderitaan tertentu? Apakah anda pernah mengalami ditolak oleh orang-orang yang mengenalmu. Betapa menyakitkan bukan? Pikirkan bahwa ini dilakukan untuk Tuhan Yesus! Tidak hanya berhenti pada penderitaan dan penolakan, Yesus juga dibunuh dengan keji dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.

Selanjutnya, Tuhan Yesus mengajak kita untuk mengikuti-Nya dari dekat. Syarat untuk mengikuti Tuhan Yesus dari dekat adalah menyangkal diri dan memikul salib. Seorang murid sejati yang menyangkal diri akan menjadikan Tuhan sebagai nomor satu di dalam hidupnya. Tuhan adalah prioritas pertama di dalam hidupnya. Seorang murid sejati juga harus berani memikul salib. Salib adalah segala penderitaan dan kemalangan yang kita alami untuk membuat orang lain bahagia di dalam hidupnya. Tuhan Yesus memikul salib supaya kita memperoleh penebusan berlimpah. Santo Polikarpus menderita dan memikul salibnya karena kasihnya kepada Tuhan Yesus yang lebih dahulu melayani dan mengasihinya selama 86 tahun. Kita semua memiliki salib yang mana dari hidup dan pengurbanan kita membuat orang lain menjadi bahagia. Dengan menyangkal diri dan memikul salib maka layaklah kita menjadi bagian dari murid Kristus sejati.

Tuhan Yesus berkata: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (Luk 9:25). Seorang pengikut Kristus sejati akan memberikan segalanya kepada Tuhan Yesus. Santo Polikarpus memberikan segalanya bagi Tuhan yang lebih dahulu melayani dan mengasihinya. Santo Polikarpus kehilangan nyawa karena Kristus dan berhasil menyelamatkan nyawanya karena Kristus. Dia memperoleh seluruh dunia karena dia memberi segalanya bagi Kristus. Maka percumalah kalau kita tidak berani menyangkal diri dan memikul salib. Kita harus berani memilih yang terbaik bagi Tuhan dan bagi keselamatan jiwa kita.

Sesungguhnya masa prapaskah merupakan masa untuk membangun kasih yang tiada batasnya dengan Tuhan dan sesama manusia. Tuhan Allah sendiri menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya bagi umat Israel dan bagi kita semua saat ini tanpa batas dan semuanya gratis. Perhatikanlah perkataan Musa kepada bangsa Israel di seberang sungai Yordan: “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh Tuhan, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.” (Ul 30:15-16).

Tuhan menghendaki kesetiaan bangsa Israel. Kesetiaan ditunjukkan dengan tidak menyembah berhalah dan hanya berbakti kepada Tuhan Allah saja. Percumalah memiliki segalanya dan memperoleh seluruh dunia tetapi hidup pribadi tidak berkenan kepada Tuhan. Pada masa prapaskah ini mari kita memiliki Tuhan yang mengasihi dan menyelamatkan kita. Mari kita tinggalkan berhala-berhala kita dan membaktikan diri secara total kepada-Nya. Mari kita setia dalam berpuasa, semakin rajin berdoa dan berderma kepada sesama kita yang sangat membutuhkan.

P. John Laba, SDB