Homili 2 Maret 2023

Hari Kamis Pekan I Prapaskah
T.Est. 4:10a,10c-12,17-19
Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8
Mat. 7:7-12

Bertekun dalam doa

Adalah Andy Murray. Kita semua mengenalnya sebagai seorang petenis profensional berkebangsaan Skotlandia. Dia pernah membagi pemikirannya tentang doa dan puasa. Ia berkata: “Doa adalah menjangkau apa yang tidak terlihat; puasa adalah melepaskan segala sesuatu yang terlihat dan bersifat sementara. Puasa membantu mengekspresikan, memperdalam, dan meneguhkan tekad bahwa kita siap untuk mengorbankan apa pun, bahkan diri kita sendiri untuk mencapai apa yang kita cari demi Kerajaan Allah.” Bagi saya, ungkapan semacam ini menunjukkan kedekatan hatinya dengan Tuhan. Dengan doa dan puasa tentu dengan sendirinya mendorong kita untuk melakukan perbuatan amal kasih kepada sesama manusia.

Memang doa, puasa dan karya amal kasih merupakan tiga hal penting yang perlu kita lakukan selama masa prapaskah ini. Ketiga hal ini dapat membantu menata kehidupan rohani kita menjadi lebih baik lagi di hadirat Tuhan. Semakin kita tekun berdoa, kita juga tentu akan semakin melakukan dengan baik puasa dan melakukan karya amal kasih dalam hidup pribadi kita. Doa yang kita panjatkan kepada Tuhan haruslah berbuah dalam hidup kita. Sambil berdoa, kita semua mengangkat hati dan pikiran kita secara total dan tertuju hanya kepada-Nya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus mengajar kita supaya berdoa tanpa henti, tekun dan selalu menaruh seluruh harapan kita hanya kepada Tuhan yang Mahabaik. Tuhan Yesus berkata: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (Mat 7:7-8). Kata-kata kunci: meminta, mencari dan mengetuk sebenarnya memiliki makna yang sama yakni supaya kita tetap membangun komunikasi yang intim dan akrab dengan Tuhan. Semakin banyak kita meminta, mencari dan mengetuk berarti kita sungguh membutuhkan Tuhan dan membangun komunikasi dengan-Nya dalam doa. Mengapa demikian? Karena memang terlepas dari Yesus kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5).

Kita membutuhkan Tuhan dan membangun komunikasi dengan-Nya. Santo Yakobus memberi nasihat yang baik kepada kita: “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yak 4:3). Banyak kali kita juga salah berdoa atau mungkin apa yang kita minta dari Tuhan hanya untuk memuaskan hawa nafsu kita. Tuhan senantiasa menghendaki persekutuan kita dengan diri-Nya dalam doa. Saya mengingat perkataan Santo Agustinus: ”Doa yang murni dan ditujukan kepada Tuhan oleh hati yang setia akan naik seperti dupa dari mezbah yang kudus. Tidak ada wewangian yang lebih berkenan kepada Tuhan; marilah kita semua bangkit sebagai orang beriman.”

Pikiran kita dalam doa adalah kepada Tuhan Yang Mahabaik. Kita bersyukur atas segala kasih dan kebaikan-Nya kepada kita. Kita juga tak henti-hentinya memohon pertolongan-Nya. Raja Daud dalam Kitab Mazmur percaya akan pertolongan dari Tuhan: ”Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.” (Mzm 124:8). Esther dalam bacaan pertama menyatakan syukurnya kepada Tuhan atas pertolongan Tuhan. Ia berkata: “Padaku tidak ada seorang penolong lain selain Engkau ya Tuhan”. Ketika kita berdoa dengan tekun maka Tuhan akan memberi kepada kita apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita sukai sebab apa yang kita sukai belum tentu itulah yang kita butuhkan. Manusia selemah dan sejahat apapun, dia akan memberi yang terbaik kepada anak-anaknya. Tuhan Yesus berkata: “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?” (Mat 7:9-10). Tentu saja manusia sejahat apapun tidak akan memberi batu dan ulat kepada anak-anaknya. Demikian Tuhan selalu Mahabaik bagi kita semua. Tuhan berkata: ”Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Mat 7:11).

Saya mengakhiri homily dengan mengutip perkataan St. Yohanes Kristomus. Dalam suatu homilinya, ia berlata: “Doa adalah cahaya jiwa, yang memberi kita pengetahuan sejati tentang Tuhan. Doa adalah penghubung antara Tuhan dan manusia. Dengan doa, jiwa diangkat ke surga dan dengan cara yang menakjubkan memeluk Tuhan. Pertemuan ini seperti bayi yang menangis pada ibunya, dan mencari air susu yang terbaik. Jiwa merindukan kebutuhannya sendiri dan apa yang diterimanya lebih baik daripada apa pun yang dapat dilihat di dunia”. Jangan lupa berdoa dengan tekun.

P. John Laba, SDB