Food For Thought: Jangan menceritakan…

Jangan kamu ceritakan!

Saya tertarik dengan perkataan Tuhan Yesus setelah menampakkan kemulian-Nya. Sambil turun gunung, Ia berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.” (Mat 17:19). Ketiga murid inti ini yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes mendapat wejangan dari Yesus untuk menjaga rahasia, menutup mulut. Yesus tahu bahwa para murid-Nya ini ‘mudah bocor’ atau sudah ‘bocor halus’ maka pesan-Nya sangat aktual. Kita perlu menjaga rahasia dan privasi orang lain. Tentu saja dengan menjaga mulut kita. Kitab Putra Sirak berkata: “Jika engkau mendengar khabar angin, simpanlah dalam hati sampai engkau mati. Jangan khawatir, engkau tidak akan meledak karenanya.” (Sir 19:10). Kelemahan manusia justru berada di sini. Manusia menjadi serigala bagi manusia yang lain karena lalai menggunakan lidahnya.

Para murid berkomitmen untuk tidak menceritakan pengalaman kebersamaan dengan Tuhan Yesus secara rohani ini dengan menjaga mulut mereka. Mereka sendiri masih kebingungan saat mendengar perkataan Yesus tentang kebangkitan orang mati. Roh Kudus belum datang sebagai Paraclitus sehingga mereka belum mengerti semua perkataan Yesus tentang paskah-Nya. Namun ada saatnya nanti di mana mereka dapat mengerti rencana dan kehendak Tuhan karena karya Roh Kudus di dalam diri mereka.

Mengontrol lidah itu penting dan harus meskipun tidak mudah. Butuh komitmen yang sesunggunya. Santo Yakobus menulis: “Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (Yak 3:6). Tanpa mengontrol lidah kita akan mudah membuka mulut dan menjatuhkan kita ke dalam dosa. Masa prapaskah adalah masa yang tepat untuk mengontrol lidah kita, membangun komitmen untuk tidak menceritakan hidup orang lain kepada orang lain.

P. John Laba, SDB