Hari Raya Paskah – Kebangkitan Tuhan
Kis 10:34a.37-43
Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23
Kol 3:1-4
Yoh 20:1-9
Kristuslah hidup kita!
Paus Fransiskus pernah menulis ‘Christus Vivit’ (Kristus hidup), sebuah Seruan Apostolik Pascasinode bagi Semua Orang Muda dan Seluruh Umat Allah, pada tanggal 25 Maret 2019 yang lalu. Dalam seruan Apostolik ini, Sri Paus menitipkan pesan-pesan luhur khususnya bagi orang-orang muda yakni Allah adalah kasih, Kristus menyelamatkan, Dia hidup dan Roh Kudus memberi hidup. Pesan-pesan ini sangat bersifat Trinitarian karena merujuk pada Allah sebagai Bapa yang oleh Yohanes disebut Kasih, Yesus Kristus sang Putera sebagai Penyelamat dan Dia hidup, Roh Kudus memberi hidup. Saya akan memfokuskan perhatian kita pada pesan kebenaran ketiga yakni ‘Dia hidup’ (Christus Vivit, no.124-129).
Menjadi pertanyaan bagi kita semua, apa artinya Yesus hidup bagi kita?
Ada sekurang-kurangnya empat hal penting yang Sri Paus berikan kepada kita sebagai pesan kebenaran bahwa Yesus sungguh hidup:
Pertama, Sri Paus mengatakan bahwa kita tidak bisa hanya menganggap Yesus sebagai pemberi teladan kebaikan di masa lampau dan bahwa Dia adalah sebagai kenangan bahwa Dia menyelamatkan umat manusia dua ribu tahun silam. Kita seharusnya memandang Yesus hidup karena Dia yang memenuhi kita dengan kasih karunia-Nya, Dia yang membebaskan kita, Dia yang mengubah kita, Dia yang menyembuhkan kita, dan Dia yang menghibur kita. Sosok Yesus hidup seperti ini karena Dia bangkit, dipenuhi daya hidup adikodrati, yang berdandan dengan cahaya tanpa batas.
Kedua, Jika Yesus hidup maka Dia benar-benar dapat hadir dalam hidup kita, di setiap waktu, dan mengisinya dengan cahaya. Dengan demikian tidak ada kesepian dan penelantaran apapun di dalam hidup kita. Dia senantiasa mendampingi kita menuju sebuah cakrawala yang baru.
Ketiga, Yesus hidup itu menunjukkan Dia yang bahagia, yang dipenuhi sukacita. Bersukacitalah dengan Sahabatmu yang telah menang. Mereka telah membunuh Dia, Yang Kudus, Yang Benar, Yang Tidak Bersalah namun Dia telah menang. Dia hidup maka tidak ada tempat bagi kejahatan di dalam hidupmu karena Dia mengalahkannya.
Keempat, jika Dia hidup, ini adalah jaminan bahwa kebaikan dapat berhasil dalam hidup kita dan upaya-upaya kita akan menghasilkan sesuatu. Kita dapat berhenti mengeluh dan menatap masa depan. Ada hidup kekal bagi kita semua. Keempat hal ini sangat indah untuk kita ketahui dan hayati bersama. Santo Paulus mengatakan: “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sia sajalah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” (1Kor 5:17).
Bagi saya keempat pesan luhur terutama pesan bahwa Yesus hidup sungguh membuka wawasan kita untuk berani bersaksi bahwa memang Yesus sungguh hidup. Para Rasul setelah menerima Roh Kudus pada Hari Raya Pentakosta, mendapatkan kekuatan untuk bersaksi bahwa Yesus hidup. Petrus memiliki keberanian karena ‘disuruh Allah’ untuk pergi ke rumah perwira Kornelius di Kaisarea untuk memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus. Mula-mula Petrus memperkenalkan sosok Yesus yang dikenal banyak orang. Yesus diurapi dengan Roh dan kuat kuasa. Yesus selalu berjalan keliling sambil berbuat baik dalam kata dan tindakan-Nya. Misalnya, Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, mereka yang dikuasai iblis. Semua ini dapat dilakukan karena Allah menyertai-Nya. Namun Yesus sendiri mengalami penderitaan. Dia dibunuh, digantung di salib, dan Allah membangkitkan-Nya pada hari ketiga. Yesus yang satu dan sama menampakkan diri dengan Tubuh-Nya yang mulia kepada para saksi pilihan-Nya. Di antara para saksi mata adalah para murid Yesus yang telah duduk bersama untuk makan dan minum bersama setelah Yesus bangkit dari kematian-Nya. Tugas para saksi mata adalah memberitakan kepada seluruh bangsa dan memberi kesaksian bahwa Dialah yang ditentukan Allah untuk menjadi hakim yang mengadili orang yang hidup dan mati.
Percaya kepada kebangkitan orang mati bukanlah sebuah perkara yang mudah. Santo Paulus sendiri berusaha untuk menjelaskan kepada jemaat yang mendapatkan penginjilan-Nya supaya membuka diri supaya percaya kepada Kristus. Misalnya kepada jemaat di Kolose, Paulus mengatakan: “Kamu telah dibangkitkan bersama dengan Kristus”. Ini adalah sebuah Injil, khabar sukacita bagi kita semua. Konsekuensinya adalah kita berusaha untuk mencari urusan-urusan surgawi selagi kita masih berada di bumi ini. Urusan-urusan surgawi adalah ‘perkara yang di atas’. Mengapa demikian? Paulus mengatakan bahwa akibat dosa kita pun telah mati dan hidup kita tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Maka bagi Paulus, Kristuslah hidup kita! Dia menyatakan diri kelak, Dia akan datang kembali maka kita pun akan menyatakan diri bersama Dia dalam kemuliaan. Sebagai saksi kebangkitan maka kita selalu mencari urusan-urusan surgawi.
Urusan surgawi yang terbesar adalah kita sungguh percaya bahwa Yesus hidup, Iesus Vivid, Christus Vivid! Maria Magdalena dalam Injil Yohanes menunjukkan sebuah kenyataan tentang kubur kosong karena Dia sungguh hidup. Dia sudah bangkit dari kematian-Nya. Maria Magdalena bertumbuh dalam iman kepada Kristus yang bangkit, mulai dari level manusiawi dengan hanya melihat bahwa kubur Yesus kosong dan ‘Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya dan Maria Magdalena dan teman-temannya tidak mengetahui di mana Ia diletakkan. Dampak kesaksian dan pewartaan Maria Magdalena tentang misteri makam kosong memberi dampak pada suasana komunitas Yesus. Petrus sebagai bagian dari hirarki lebih lambat tiba di kubur dibandingkan dengan Yohanes yang mewakili kharisma Gereja perdana yang lebih cepat percaya pada kebangkitan Kristus. Yohanes sebagai sosok kharismatis memberikan kesempatan kepada Petrus sosok hirarkis untuk masuk lebih dahulu dan melihat makam kosong. Yohanes pun masuk, melihat dan percaya. Sebuah kesaksian tentang kebenaran iman bukan semata-mata bersifat kharisnatis, tetapi kuasa hirarkis selalu menjadi pengambil keputusan yang tepat.
Yesus adalah hidup kita. Mari kita menjadi saksi kebangkitan Kristus di mana pun kita berada dan dalam situasi apa saja. Kita harus benar-benar menunjukkan jati diri kita sebagai pengikut Kristus dan memberi kesaksian tentang kebangkitan-Nya. Christus Vivit. Mengakhiri homili ini saya mengutup surat kepada umat Ibrani: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibr 13:8). Mari kita mewartakan kebangkitan Kristus kepada semua orang dan segala makhluk karena Dia menyertai kita semua hingga akhir zaman.
P. John Laba, SDB