Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXXII
Keb. 7:22-8:1
Mzm. 119:89,90,130,135,175
Luk. 17:20-25
Merenung Sosok Anak Manusia
Hari ini Gereja mengenang St. Gertrudis. Beliau adalah seorang biarawati Benediktin di Helfta, Sachsen dan dikenal sebagai salah satu mistikus besar di abad ke-13. Bersama dengan teman dan gurunya, Santa Mechtild, ia mempraktikkan spiritualitas yang disebut “mistik perkawinan,” yaitu, ia melihat dirinya sebagai pengantin Kristus. Kehidupan spiritualnya adalah persatuan yang sangat pribadi dengan Yesus dan Hati Kudus-Nya, yang menuntunnya ke dalam kehidupan Tritunggal. Tetapi ini bukanlah kesalehan individualistik. Gertrudis menghayati irama liturgi, di mana ia menemukan Kristus. Dalam liturgi dan Kitab Suci ia menemukan tema dan gambar untuk memperkaya dan mengekspresikan kesalehannya. Tidak ada benturan antara kehidupan doa pribadinya dan liturgi.
Orang kudus kedua adalah Santa Margaret dari Skotlandia. Beliau adalah seorang wanita yang benar-benar dibebaskan dalam arti bahwa ia bebas menjadi dirinya sendiri. Artinya ia bebas untuk mencintai Tuhan dan melayani orang lain. Margareta adalah putri dari Putri bangsawan Agatha dari Hongaria dan Pangeran Edward Atheling dari Anglo-Saxon. Dia menghabiskan sebagian besar masa mudanya di istana paman buyutnya, yakni raja Inggris, Edward sang Pengaku. Keluarganya melarikan diri dari William sang Penakluk dan terdampar di lepas pantai Skotlandia. Raja Malcolm berteman dengan mereka dan terpikat oleh Margaret yang cantik dan anggun. Mereka menikah di kastil Dunfermline pada tahun 1070.
Malcolm adalah seorang yang baik hati, tetapi kasar dan tidak beradab, seperti halnya negaranya. Karena cinta Malcolm pada Margaret, ia mampu melunakkan emosinya, memoles sopan santunnya, dan membantunya menjadi raja yang berbudi luhur. Dia menyerahkan semua urusan rumah tangga kepadanya, dan sering berkonsultasi dengannya dalam masalah kenegaraan. Margaret berusaha memperbaiki negara yang diadopsinya dengan memajukan seni dan pendidikan. Untuk reformasi agama, ia mendorong sinode dan hadir dalam diskusi-diskusi yang mencoba memperbaiki penyalahgunaan agama yang umum terjadi di kalangan para pastor dan orang awam, seperti simoni, riba, dan pernikahan sedarah. Bersama suaminya, ia mendirikan beberapa gereja.
Margaret bukan hanya seorang ratu, tetapi juga seorang ibu. Ia dan Malcolm memiliki enam putra dan dua putri. Margaret secara pribadi mengawasi pelajaran agama dan pelajaran lainnya. Meskipun ia sangat sibuk dengan urusan rumah tangga dan negara, ia tetap terpisah dari dunia. Kehidupan pribadinya sangat sederhana. Dia memiliki waktu-waktu tertentu untuk berdoa dan membaca Kitab Suci. Dia makan dengan hemat dan sedikit tidur agar memiliki waktu untuk beribadah. Dia dan Malcolm menjalani dua masa Prapaskah, satu sebelum Paskah dan satu sebelum Natal. Selama masa-masa ini ia selalu bangun tengah malam untuk mengikuti Misa. Dalam perjalanan pulang, ia akan membasuh kaki enam orang miskin dan memberi mereka sedekah. Dia selalu dikelilingi oleh pengemis di depan umum dan tidak pernah menolak mereka. Tercatat bahwa ia tidak pernah duduk untuk makan tanpa terlebih dahulu memberi makan sembilan anak yatim piatu dan 24 orang dewasa. Pada tahun 1093, Raja William Rufus melakukan serangan mendadak ke kastil Alnwick. Raja Malcolm dan putra sulungnya, Edward, terbunuh. Margaret, yang sudah berada di ranjang kematiannya, meninggal empat hari setelah suaminya.
Kehidupan pribadi sosok kedua orang kudus ini menginspirasi kita semua untuk merenung lebih dalam lagi bacaan-bacaan liturgi pada hari ini terutama bagaimana kita dapat merenung tentang sosok Anak Manusia. Santa Gertrudis dikenal sebagai orang kudus pertama yang mendahului devosi sempurna kepada Hati Kudus Yesus. Dia mengalami melalui doa kontemplatif kebaikan Tuhan, dan dia merindukan agar orang lain mengetahui cinta dan kemurahan hati-Nya yang luar biasa. Gertrudis melihat dirinya sebagai Mempelai Kristus, dan mempersembahkan Dia kepada orang lain sebagai Bapa yang lembut dan penuh kasih serta Mempelai Pria yang penuh kasih. Inilah sosok Anak Manusia dalam kehidupan rohan Gertrudis. Santa Margareta melihat sosok kaum miskin sebagai Anak Manusia yang hidup. Kaum miskin memiliki penderitaan tersendiri dan orang kudus ini melayani mereka sampai tuntas. Santa Margareta menjadi sosok ibu dan Ratu bagi kaum papa miskin.
Kadang-kadang sifat Farisi juga melekat di dalam diri kita. Kaum Farisi bertanya kepada Yesus tentang kapan saatnya Kerajaan Allah datang. Yesus mengingatkan mereka bahwa Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah mereka, hanya mereka saja yang tidak menyadarinya. Kerajaan Allah sendiri tidak datang dalam tanda-tanda lahiria sebagaimana dipikirkan banyak orang dari dulu hingga sekarang. Banyak orang bahkan berbohong dengan mengatakan Kerajaan Allah ada di sini atau di sana. Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah mereka, di dalam diri Yesus sang Anak Manusia. Tuhan Yesus berkata: “Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.” (Luk 17:24-25).
Untuk dapat mengenal lebih dalam lagi sosok Yesus sang Anak Manusia maka butuh kebijaksanaan dari Tuhan. Dalam bacaan pertama, Tuhan menyapa kita untuk mengenal-Nya lebih dalam lagi sebagai sumber Kebijaksanaan. Kita mendengar Himne Kebijaksanaan yang merujuk pada Pribadi Tuhan sendiri. Kita membaca di dalam Kitab Kebijaksaan hakikat Kebijaksanaan itu sendiri: “Sebab di dalam Kebijaksanaan ada roh yang arif dan kudus, tunggal, majemuk dan halus, mudah bergerak, jernih dan tidak bernoda, terang, tidak dapat dirusak, suka akan yang baik dan tajam, tidak tertahan, murah hati dan sayang akan manusia, tetap, tidak bergoyang dan tanpa kesusahan, mahakuasa dan memelihara semuanya serta menyelami sekalian roh, yang arif, murni dan halus sekalipun.” (Keb 7:22-23). Lebih tegas lagi, Kebijaksanaan adalah nafas kekuatan Allah sekaligus pancaran murni kemuliaan yang Mahakuasa. Kebijaksanaan membantu kita untuk mengenal Yesus sebagai Anak Manusia yang menderita untuk keselamaan kita.
Santa Gertrudis, doakanlah kami. Santa Margareta dari Skotlandia, doakanlah kami.
P. John Laba, SDB