Hari Rabu, Pekan Adven I
Yes. 25:6-10a
Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6
Mat. 15:29-37
Lectio:
Pada suatu ketika Yesus menyusur pantai danau Galilea, lalu naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: “Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?” Kata Yesus kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.” Demikianlah Sabda Tuhan. Terpujilah Kristus.
Renungan:
Tuhanlah harapan kita!
Selamat memasuki masa Adven bagi kita semua. Pada hari ini kita berada di hari Rabu Pekan Adven pertama. Salah satu ciri khas masa adven adalah adanya lingkaran adven (Advent Wreath) di setiap Gereja. Lingkaran adven berupa karangan bunga berisikan tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Pada setiap minggunya, satu per satu lilin dalam lingkaran Adven itu akan dinyalakan. Para imam ketika memberikati lingkaran adven mengucapkan doa singkat yang sangat bermakna yakni: “Tuhan Allah, GerejaMu dengan penuh sukacita menantikan kedatangan penyelamat kami, yang telah mengusir kegelapan dosa. Limpahkanlah berkat-Mu atas kami, Semoga dengan menyalakan lilin pada lingkaran adven ini, kami melihat juga kegemilangan terang Kristus yang bercahaya. Ini semua kami mohon dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.
Lilin-lilin dalam lingkaran adven menjadi simbol kita melihat kegemilangan terang Kristus sendiri. Lilin ungu yang dinyalakan di pekan adven pertama biasa disebut lilin para nabi yang memberikan harapan akan kedatangan Kristus. Maka lilin ini juga melambangkan kebajikan harapan. Lilin ungu kedua yang dinyalakan di pekan kedua disebut lilin Betlehem sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus. Lilin ini melambangkan damai. Lilin merah jambu yang dinyalakan di pekan ketiga atau pekan Gaudete disebut lilin para gembala karena merekalah pribadi-pribadi pertama yang bersukacia atas kelahiran Kristus. Lilin ini melambangkan sukacita. Lilin ungu ketiga yang dinayalakan pada pekan keempat disebut lilin para malaikat yang bersukacita menyambut kedatangan Kristus. Lilin ini melambangkan kasih.
Sambil memandang lilin para nabi sebagai simbol harapan pada pekan pertama ini kita semua memandang Tuhan sebagai sumber harapan kita. Dalam Kitab Mazmur kita mengenal Tuhan sebagai harapan kita: “Karena Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah.” (Mzm 71: 5). Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Harapan adalah kebajikan ilahi yang olehnya kita rindukan Kerajaan surga dan kehidupan abadi sebagai kebahagiaan kita, dengan berharap kepada janji-janji Kristus dan tidak mengandalkan kekuatan kita, tetapi bantuan rahmat Roh Kudus.” (KGK, 1817). Disamping itu, “Kebajikan harapan itu sejalan dengan kerinduan akan kebahagiaan yang telah Allah letakkan di dalam hati setiap manusia. Ia merangkum harapan, yang menjiwai perbuatan manusia: ia memurnikannya, supaya mengarahkannya kepada Kerajaan surga; ia melindunginya terhadap kekecewaan; ia memberi kemantapan dalam kesepian; ia membuka hati lebar-lebar dalam menantikan kebahagiaan abadi. Semangat yang harapan berikan, membebaskan dari egoisme dan mengantar kepada kebahagiaan cinta kasih Kristen.” (KGK, 1818).
Tuhan Yesus Kristus yang kita nantikan kedatangan-Nya saat ini adalah satu-satunya sosok yang memberikan harapan yang benar kepada kita semua. Dalam bacaan Injil yang kita dengar hari ini, Tuhan Yesus memberikan harapan kepada orang banyak yang datang berbondong-bondong, mereka yang letih dan berbeban berat dalam hidupnya karena sakit penyakit yang mereka alami sendiri dan sesamanya. Mereka adalah orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan lainnya datang dan diletakkan di kaki Yesus. Mereka semua adalah orang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD) saat itu. Para sanak keluarga maupun orang-orang sakit datang kepada Tuhan Yesus karena memiliki harapan bahwa Tuhan Yesus yang punya kuasa dan pasti menyembuhkan mereka. Tuhan Yesus pun menyembuhkan mereka dengan memberkati mereka.
Tuhan Yesus menampakan wajah Allah yang berbelas kasih kepada manusia. Hati-Nya selalu tergerak oleh belas kasihan kepada setiap orang yang datang kepada-Nya, tentu bukan hanya bagi orang-orang sakit yang disembuhkannya tetapi juga orang lapar untuk dikenyangkannya. Mukjizat penggandaan tujuh roti dan ikan-ikan kecil yang mengenyangkan banyak orang, bahkan masih ada sisanya menunjukkan buah dari harapan manusia dan kelimpahan yang Tuhan banugerahkan kepada mereka yang berharap kepada-Nya. Orang-orang yang berharap kepada Tuhan mengalami penyembuhan dan dikenyangkan.
Apa yang harus kita lakukan dalam masa adven ini?
Kita semua juga dipanggil untuk memberikan harapan pasti bukan harapan palsu kepada sesama. Masih ada begitu banyak orang yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel yang memanggil kita untuk menjadi sesama bagi mereka. Maka kita perlu berbagi dan peduli kepada mereka seperti yang Tuhan Yesus sendiri lakukan kepada kita. Paus Fransiskus sendiri memiliki intensi doa pada bulan Desember 2023 ini: “Mari kita berdoa agar para penyandang disabilitas dapat menjadi pusat perhatian di masyarakat, dan lembaga-lembaga menawarkan program inklusi yang dapat meningkatkan partisipasi aktif mereka.” Kita mengisi masa Adven ini dengan berdoa dan berbuat baik kepada sesama.
P. John Laba, SDB