Hari Kamis, Pekan Biasa ke-V
1Raj. 11:4-13
Mzm. 106:3-4,35-36,37,40
Mrk. 7:24-30
Dua Anak Daud yang berbeda
Kita mendengar dan mengenal nama Raja Salomo di dalam Kitab Suci. Salomo adalah putra Raja Daud yang nantinya akan menjadi raja ke-3 setelah Saul dan Daud ayahnya. Salomo lalu dikenal sebagai raja yang paling berhikmat dan kaya raya. Hikmat Salomo menjadi terkenal di seluruh bangsa-bangsa. Ratu Syeba sendiri datang untuk mengetahui apakah benar bahwa Salomo itu seorang yang berhikmat. Setelah melihat sendiri dan mendengar Salomo maka ia pun mengakui Salomo sebagai pribadi yang berhikmat atau bijaksana. Ratu Syeba bahkan memuji Tuhan Allahnya Salomo karena hikmat raja Salomo adalah pemberian Tuhan Allah.
Apakah hikmat Salomo ini bertahan selamanya? Ternyata hikmatnya tidak bertahan selamanya sebab di usia senjanya, hatinya mulai cenderung untuk menyembah dewa dan dewi yang diimani para istrinya. Padahal Tuhan sendiri yang menampakkan diri kepadanya serta berbicara dengannya. Satu permintaan Yahwe adalah supaya Salomo jangan mengikuti dewa-dewai bangsa asing tetapi tetap memegang perintah-perintah Yahwe. Perlu kita ketahui bersama b ahwa Salomo diketahui mempunyai 700 isteri dari kaum bangsawan, dan 300 gundik; isteri-isterinya itu lebih menarik hatinya daripada Yahwe (1Raj 11:3). Pada waktu Salomo sudah memasuki usia senja, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.
Lalu bagaimana rekasi Yahwe? Tuhan Allah menegur dengan keras Salomo dan perilaku hidup sebagai public figure yang tidak becus ini. Tuhan Allah menjadi nomor dua sedangkan para istri, gundik lebih menarik hatinya, juga dewa dan dewi mereka. Bukti nyata bahwa ia sudah menyembah berhala adalah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (1Raj 11:5-6). Maka Tuhan mengoyakkan kerajaan Israel yang dipimpin Salomo menjadi dua bagian, Sebagian besar diberikan kepada hambanya bernama Jerobeam dan sebagian kecil yakni satu suku diberikan kepada putranya bernama Rehabeam karena Daud dan Yerusalem.
Kisah Salomo ini sangat menarik perhatian kita. Manusia gampang berubah dari setia menjadi tidak setia. Hanya Tuhan yang setia selamanya, meskipun manusianya tidak setia. Di dalam hidup pribadi kita, Salomo pun tetap menjadi bagian hidup kita di hadirat Tuhan. Hari ini kita setia, mungkin saja besok kita tidak setia lagi. Inilah fenomena hidup manusia yang nyata dan terang benderang di hadirat Tuhan dan sesama. Para pasutri berjanji untuk setia, ada yang tekun menghayati janji setia, ada yang hancur di tengah jalan. Ketidaksetiaan menguasai hidup mereka. Kami para imam, dan semua yang menghayati hidup bakti memiliki janji untuk setia menghayati nasihat-nasihat injili namun semua bisa berubah di pertengahan jalan. Salomo masih melekat di dalam diri anda dan saya. Semua ini mencerminkan sosok anak Daud yang pertama.
Lalu siapakah Anak Daud yang kedua? Dialah Yesus Kristus, yang kita kenal sebagai Anak Daud (Mat 1:1; 20:30-31; 22:42-45; Lukas 18:38-39; Yohanes 7:41-42). Yesus sang Anak Daud melakukan perjalanan misioner yang cukup jauh ke tanah Tirus. Jarak Galilea ke Tirus adalah sekita 63 km. Tuhan Yesus naik dan turun gunung dan berjumpa dengan seorang wanita asing, berbangsa Yunani dan berkebangsaan Siro Fenisia. Wanita itu memohon supaya Yesus menyembuhkan anak perempuannya yang sedang kerasukan setan. Tuhan Yesus pun menyembuhkan perempuan itu seketika. Tuhan Yesus membawa keselamatan lintas batas, artinya semua orang berhak mendapatkan keselamatan dari Allah Tuhan kita. Tuhan Yesus melayani tanpa memilah-milah. Bahwa ‘anjing’di bawah meja pun makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya. Setan-setan saja takluk kepada Yesus.
Dua sosok Anak Daud sangat menginspirasi hidup kita. Kesetiaan itu mahal maka kita harus berusaha untuk setia selamanya bukan setia setengah-setengah. Ketika mengalami krisis maka berusahalah untuk kembali menjadi setia: setia dalam keluarga, dengan pasangan hidup dengan pekerjaan atau profesionalitas dan dengan para sahabat kenalan. Ketika kita setia, mulai dari hal-hal kecil maka dengan sendirinya hal-hal besar pun kita akan setia.
Hal kedua yang dapat kita belajar dari kisah-kisah ini adalah pelayanan lintas batas. Gereja Katolik sangat mengenal dan memahami makna pelayanan tanpa pamrih. Pelayanan lintas batas adalah pelayanan untuk semua orang tanpa memandang siapakah orang yang ada di hadapanku untuk dilayani, apa suku, ras dan agamanya. Apakah dia berkulit putih atau berkulit hitam? Apakah dia mendukung paslon yang sama dengan saya? Kalau saja kita masih melihat dan menghitung perbuatan baik kita dan perbuatan baik sesama maka sia-sialah hikmat Tuhan di dalam hidup kita.
Dua Anak Daud yang berbeda yakni Salomo dan Yesus Kristus. Salomo dengan kejayaan dan penuh hikmat di hadapan Tuhan, pada akhirnya jatuh karena menyembah berhala. Tuhan Yesus, Anak Daud setia melakukan kehendak Bapa. Dia melakukan perjalanan lintas batas untuk menyelamatkan yang sesat. Maka tepatlah perkataan Yesus ini: “Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!” (Mat 12:42). Yesus, Anak Daud lebih dari Salomo.
P. John Laba, SDB