Homili 10 Februari 2024

Hari Sabtu 10 Februari – Peringatan Wajib St. Skolastika
1Raj. 12:26-32; 13:33-34
Mzm. 106:6-7a,19-20,21-22
Mrk. 8:1-10

Merajut semangat untuk berbagi

Pada hari ini kita mengenang Santa Skolastika. Beliau adalah saudari dari Santo Benediktus. Di dalam Gereja, beliau dikenal sebagai santa pelindung para biarawati Benediktin, pendidikan, anak-anak yang mengalami kejang-kejang, dan dari badai dan hujan. Ada penggalan doa kepada santa Skolastika seperti ini: “Ya Santa Skolastika, kiranya engkau berdoa kepada Bapa, agar situasi alam ini menjadi bersahabat dengan kami. Biarkan halilintar menjadi cahaya dan angin menjadi jinak dalam tangan Tuhan. Berdoalah bersama kami ya Santa Skolastika, supaya kami semua aman dalam badai yang sedang terjadi.”

Tuhan Yesus selalu menunjukan hati yang penuh belas kasih kepada manusia yang sangat membutuhkan. Ia memanggil murid-murid-Nya supaya mereka juga memiliki empati dan suasana hati yang sama yakni hati penuh belas kasih kepada sesama yang membutuhkan. Ketika itu sejumlah besar orang mengikuti Yesus dan sudah tiga hari lamanya mereka mengikuti Dia. Para murid memiliki pikiran yang sempit, sebatas tempat sunyi, terpencil dan taka da tempat untuk menjual makanan. Terhadap sikap para murid ini, Tuhan Yesus mengoreksi mereka bahwa dengan sedikit yang mereka miliki kalau dipercayakan pada Tuhan maka semuanya akan tercukupkan dan memuaskan. Mukjizat pun terjadi, ketika mereka memberikan kepada Tuhan Yesus tujuh roti milik mereka dan beberapa ikan. Tuhan Yesus mengucap doa syukur, memecah-mecahkan roti dan memberikan roti dan ikan kepada para murid untuk dibagikan. Semua orang yang hadir yakni sebanyak empat ribu orang makan sampai kenyang dan masih tersisah tujuh bakul.

Kita dapat membayangkan suasana sukacita empat ribuan orang yang merasa kenyang karena memakan tujuh roti dan ikan-ikan. Hal ini ternyata berbeda dengan pengalaman dalam dunia Perjanjian Lama. Raja Yerobeam yang mendapat sepuluh kota itu jatuh juga ke dalam dosa. Dia sangat melekat pada kekuasaannya dan mengabaikan sesamanya. Ia sempat berpikir: “Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah Tuhan di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda.” (1Raj 12:27). Yerobeam juga turut menjatuhkan orang lain ke dalam dosa. Ia mengangkat imam-iman yang sebenarnya bukan berasal dari keturunan orang Lewi. Pada akhirnya keluarga Yerobeam yang berdosa ini dilenyapkan dan dipinahkan dari bumi ini.

Pada hari ini kita melihat bahwa Tuhan benar-benar berkuasa. Ia dapat melipatgandakan roti dan ikan untuk memuaskan manusia. Ia juga dapat melenyapkan dan memunahkan orang-orang yang berdosa dan menutup diri pada pertobatan. Lalu bagaimana dengan kita?

Doa: Tuhan, Engkau selalu menunjukkan belas kasih-Mu kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan-Mu. Bukalah hati kami untuk bertobat dan sehingga hidup kami selaras dengan-Mu. Amen.

P. John Laba, SDB