Homili 11 Februari 2024 – Hari Minggu Biasa ke-VI/B

11 Februari 2024 – Hari Minggu Biasa VI/B,
Hari Orang Sakit Sedunia.
Im. 13:1-2,44-46
Mzm. 32:1-2,5,11
1Kor. 10:31-11:1
Mrk. 1:40-45

Orang sakit dan kita!

Pada hari ini kita mengenang Bunda Maria dari Lourdes, sambil mengenang juga orang-orang yang sakit sedunia. Paus Fransikus dalam suatu pesannya pada hari Minggu untuk orang sakit sedunia mengatakan: “Orang-orang yang sakit, pada kenyataannya, berada di tengah-tengah umat Allah, dan Gereja maju bersama mereka sebagai tanda kemanusiaan di mana setiap orang berharga dan tidak ada yang harus dibuang atau ditinggalkan.” Perkataan Paus Fransiskus ini menunjukkan bahwa orang sakit yang ada bersama kita adalah tanggung jawab dan dan empati kita kepada mereka.

Perkataan Paus Fransiskus ini membantu kita untuk memahai bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini. Dalam bacaan pertama kita mendengar pekataan Tuhan melalui Musa bahwa kalau ada orang yang mengalami sakit seperti kelainan pada kulit badan seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang mungkin menjadi penyakit kusta pada kulitnya maka ia harus menunjukkan dirinya pada imam Harun atau imam lainnya bahwa ia sedang sakit. Dengan demikian dia tidak dapat bergabung dengan umat kebanyakan untuk berdoa. Orang kusta dianggap sebagai orang najis maka menunjukkan dirinya seperti ini: “Mereka berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.” (Im 13:45-46).

Perlakuan terhadap orang kusta ini berbeda dengan Tuhan Yesus. Orang kusta tanpa nama datang kepada Yesus dan memohon untuk disembuhkan. Tuhan Yesus menerima kehadirannya dengan unik. Penginjil Markus menulis: “Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” (Mrk 1:41). Tuhan Yesus tidak takut dengan penyakit kusta. Dia mengulurkan tangan dan menjamah serta menyembuhkan. Ia bahkan memintanya untuk menunjukkan dirinya kepada imam bahwa ia memang sembuh dan memberi persembahan sesuai kebiasaan saat itu dan nantinyaia bisa berdoa bersama orang lain yang lain. Tuhan Yesus memang beda!

Apa yang harus kita lakukan? Santo Paulus mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan, semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1Kor 10:31). Maka kita perlu menyerupai Yesus yang begitu terbuka pada semua orang dan menyelamatkan mereka. Maka jangan takut untuk berbuat baik.

Doa: Tuhan Yesus sembuhkanlah kami supaya kami juga mampu menyembuhkan sesama kami yang lain dengan berbuat baik. Amen.

P. John Laba, SDB