Hari Rabu Pekan III Prapaskah
Ul. 4:1,5-9
Mzm. 147:12-13,15-16,19-20
Mat. 5:17-19
Lectio:
“Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Demikianlah Sabda Tuhan. Syukur kepada Allah.”
Renungan:
Kesetiaan total kepada Tuhan
Ada sebuah pertanyaan sederhana dan bermakna yang selalu kita jumpai dalam hidup setiap hari yaitu pertanyaan tentang kesetiaan . Apakah anda, saya, kita setia saat demi saat, hari demi hari di dalam hidup ini? Apakah kita setia dalam menghayati panggilan hidup berkeluarga, hidup bakti? Apakah kita setia dalam menjalani tugas perutusan, seberat atau sesulit apapun sampai tuntas? Apakah kita mempermainkan kesetiaan dalam hidup pribadi kita yang pada akhirnya menggangu relasi kita? Apakah kita setia menjalani puasa dan pantang kita dalam masa prapaskah ini? Dan masih banyak pertanyaan lain yang dapat membantu kita untuk berefleksi dalam masa prapaskah ini tentang kesetiaan total kepada Allah.
Pertanyaan-pertanyaan ini mendorong kita untuk belajar dan tekun menjadi pribadi yang setia dalam segala hal. Mengapa demikian? Sebab orang yang hidupnya setia maka dengan sendirinya ia dapat dipercaya, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan, baik kepada Tuhan maupun kepada sesama. Orang yang hidupnya dipimpin Roh Allah dalam hidupnya akan memiliki kesetiaan, baik dalam perkara yang kecil maupun dalam perkara yang besar. Saya teringat pada sosok santo Fransiskus dari Sales yang mengatakan: “Allah lebih menginginkan kesetiaan kita dalam hal-hal kecil yang Dia tempatkan dalam kuasa kita daripada semangat untuk hal-hal besar yang tidak bergantung pada kita.” Kesetiaan total itu dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana di dalam hidup kita.
Siapakah model kesetiaan kita? Satu jawaban yang pasti adalah pribadi Tuhan sendiri. Tidak ada pribadi yang lebih setia dari pada Tuhan sendiri. Kita mengingat diri kita masing-masing, meskipun kita berjanji sebagai suami dan istri, berkaul dalam hidup bakti dan memiliki janji imamat namun berapa kali kita tidak setia menjalankannya dengan baik dan sempuna? Banyak kali kita merasa malu di hadirat Tuhan karena kita tidak setia, selalu lalai dalam menghayatinya. Maka hanya Tuhanlah model kesetiaan kita. Tuhan Yesus setia kepada Bapa di Surga. Kita dapat membaca sosok kesetiaan Yesus kepada Bapa di Surga yang tergambar dalam Kitab Mazmur: “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya.” (Mzm 119:1-3).
Dalam Kotbah di bukit, Tuhan Yesus mengajar para murid dalam kata dan teladan untuk menjadi pribadi yang setia total kepada Tuhan dan perintah-perintah-Nya. Bagi bangsa Israel hukum selalu berkaitan dengan sepuluh perintah Allah dan kelima Kitab Musa atau Pentateukh atau Torah di dalam Kitab Perjanjian Lama yang menjelaskan tentang perintah-perintah serta ketetapan-ketetapan Tuhan Allah bagi umat-Nya. Orang-orang Yahudi pada zaman Yesus juga menggunakan ajaran dan cara hidup yang diberikan Tuhan di dalam Torah. Para Ahli Taurat saat itu menambahkan lebih banyak lagi hukum dan ketetapan melebih apa yang dikehendaki Allah sendiri. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17). Tuhan Yesus banyak kali mengecam perilaku pada Ahli Taurat yang hanya omdo tetapi tidak melakukannya. Tuhan Yesus berkata: “Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Mat 23:3). Hukum Taurat yang ditambah-tambah itu justru membebani hidup manusia.
Tuhan Yesus menghendaki adanya kesetiaan total kepada Tuhan. Dia sendiri menunjukkannya dalam Kata dan Tindakan-Nya untuk melakukan kehendak Bapa di Surga. Dia melakukan perintah Bapa di Surga dari hal yang paling kecil, sekecil satu iota sampai hal yang paling besar yaitu menyerahkan diri-Nya secara total untuk menggenapi hukum Taurat. Tuhan Yesus mengajarkan secara baru hukum dan perintah Tuhan yaitu hukum cinta kasih. Mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama dengan total. Yesus sendiri berkata: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15: 13).
Tuhan Yesus juga menghendaki agar kita semua menunjukkan kesetiaan total kepada Tuhan dengan menjalankan perintah kasih yang diajarkan-Nya kepada kita. Kita berusaha untuk melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Tuhan dengan penuh kesetiaan. Dengan demikian kita juga boleh ‘menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga’. Maka belajarlah untuk setia menjalankan perintah Tuhan dari yang selevel satu iota sampai pengurbanan diri untuk kebaikan dan keselamatan jiwa sesama manusia.
Doa: Tuhan Yesus, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau menunjukkan teladan kesetiaan total kepada Bapa di Surga. Semua ini ngkau lakukan karena cinta-Mu yang besar kepada Bapa. Bantulah kami untuk menyerupai Engkau, mengikuti Kata dan Tindakanmu dalam kasih sampai keabadian. Amen.
P. John Laba, SDB