Hari Rabu, Pekan V Paskah
St. Yusuf Pekerja
Kis. 15:1-6
Mzm 122:1-2,3-4a,4b-5
Yoh 15:1-8
Komunikasi itu penting
Pada hari ini kita memasuki bulan Mei 2024. Sambil mengenang dan berdevosi kepada Bunda Maria, kita mengingat santo Yusuf dengan gelar santu Yusuf Pekerja. Mari kita meningat sedikit latar belakang semangat bekerja ini. Dalam dunia Yahudi kuno dikena adanya etos kerja yang mengalir dari hubungan mereka dengan Tuhan. Bangsa Israel belajar bahwa Allah sendiri yang bekerja – Bapa yang penuh kasih bekerja “selama tujuh hari” untuk menghidupkan semua yang ada. Selain itu, ciptaan Allah adalah sebuah anugerah sekaligus tugas. Ciptaan Allah harus dihargai, dikembangkan, dan dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang di dalam komunitas. Semua pekerjaan yang berkontribusi pada kebaikan semua orang mengandung martabat dan nilainya sendiri. Tidak ada rasa malu dalam kerja keras; sebaliknya, kerja adalah sesuatu yang terhormat dan mulia.
Gereja Katolik memiki pandangan yang positif tentang Kerja. Tentu ini terinspirasi oleh sosok Tuhan yang adalah seorang Pencita dan Pekerja. Dengan bekerja manusia terlibat dalam diri Allah sang Pencipta dan sekaligus manusia mengejawanta dirinya sebagai sungguh-sungguh manusia. Saya mengingat Santo Thomas Aquinas pernah berkata: ” Santo Yosef berasal dari kelas pekerja, dan dia menanggung beban kemiskinan untuk dirinya sendiri dan Keluarga Kudus, yang menjadi kepalanya yang lembut dan waspada.” Di tempat lain, santo Thomas juga mengatakan: “Ada banyak orang kudus yang Tuhan berikan kuasa untuk membantu kita dalam kebutuhan hidup, tetapi kuasa yang diberikan kepada Santo Yosef tidak terbatas: Kekuatan itu mencakup semua kebutuhan kita, dan semua orang yang memohon kepadanya dengan penuh keyakinan pasti akan didengar.” Perkayaan ini kemudian ditegaskan dengan cara baru oleh Paus XI begini: “Santo Yosef berasal dari kelas pekerja, dan dia menanggung beban kemiskinan untuk dirinya sendiri dan Keluarga Kudus, yang menjadi kepalanya yang lembut dan waspada.”
Pada hari ini kita mendengar kisah para pekerja di dalam Kebun Tuhan. Mereka adalah Barnabas dan Paulus setelah menyelesaikan perjalanan misioner yang pertama. Mereka tentu bersyukur karena karya Tuhan dan karya pelayanan mereka sebagai misionaris Tuhan sendiri. Namun dibalik itu mereka mengalami kesulitan. Gereja muda yang mulai berkemang di Antiokhia yang di Siria mengalami tantangan. Dalam hal ini, apakah ada keselamatan bagi semua orang, dalam hal ini kaum bersunat dan kaum tidak bersunat? Apakah keselamatan hanya status quo kaum Yahudi semata? Pertanyaan ini yang menghantui pikiran dan menantang jemaat di Antiokhia. Sebab itu Paulus dan Barnabas juga beberapa orang diutus untuk bertanya dan mendengar pendapat dari para rasul di Yerusalem. Perjalanan mereka tetap di isi dengan semangat misioner.
Apa yang terjadi? Gereja perdana memiliki sebuah budaya yaitu membangun komunikasi dan berdialog dalam semangat persaudaraan. Inulah yang menjadi awal yang baik untuk melakukan konsili pertama di Yerusalem. Pada umumnya hasil Konsili pertama di Yerusalem memutuskan bahwa orang bukan Yahudi yang menjadi Kristen tidak diwajibkan untuk menaati sebagian besar peraturan yang ditetapkan untuk orang Yahudi dalam Hukum Taurat, seperti hukum makanan Yahudi dan ritual-ritual khusus lainnya, termasuk peraturan mengenai sunat bagi laki-laki. Keselamatan adalah hak semua orang. Inilah sebuah kerja keras para misionaris sejati dan para rasul.
Kita perlu bersyukur atas semangat Gereja yang senang berdialog ini. Mari kita wujudkan juga dalam semangat kebersamaan kita. Santo Yusuf Pekerja, doakanlah kami. Amen.
P. John Laba, SDB