Homili 18 Desember 2024

18 Desember 2024
Hari Rabu, Pekan III Adven
Yer. 23:5-8
Mzm. 72:2,12-13,18-19
Mat. 1:18-24

Menyiapkan kelahirang Kristus

Kita semua hampir merayakan Hari Raya Natal. Berita kelahirang Yesus Kristus pada hari Raya Natal sudah tersebar ke mana-mana. Tidak ada lagi rahasianya. Di tempat-tempat tertentu, ketika memulai bulan yang berakhiran dengan ‘er’ yakni September, Oktober, November dan Desember maka suasana Natalnya mulai terasa. Di mana-mana mulai dijual hiasan-hiasan Natal, Musik Natal pun mulai diperdengarkan. Ketika memasuki masa Adven, Panitia Natal yang dibentuk untuk merencanakan perayaan Natal mulai melakukan kegiatan mereka di Paroki masing-masing. Di lingkungan-lingkungan dilakukan pendalaman iman. Para imam menyiapkan pelayanan rohani seperti membimbing rekoleksi dan menerima pengakuan dosa. Maka kita melihat bahwa baik umat maupun imam bekerja sama sebagai sebuah team yang solid untuk memeriahkan Hari Raya Natal. Sunggu luar biasa!

Pada hari ini juga Tuhan membimbing kita untuk mempersiapkan kelahirang Kristus melalui kehadiran Bunda Maria dan Santu Yusuf. Orang tua Yesus Kristus ini menunjukkan diri mereka secara istimewa dalam mempersiapkan kelahirang Kristus sendir. Penginjil Matius sendiri, hari ini bercerita: “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut…” (Mat 1:18). Dia memulai cerita tentang relasi kasih antara Maria dan Yusuf yang sudah bertunangan, siap untuk menikah. Namun Maria mengandung dari Roh Kudus sehingga membuat Yusuf bergumul. Yusuf sendiri adalah sosok pria yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan Maria sehingga ia berencana untuk menceraikannya secara diam-diam. Yusuf boleh merencanakannya, namun kehendak Tuhan berkata lain. Melalui Malaikat Gabriel, Yusuf diingatkan untuk menerima Maria dan akan memberi nama Yesus sang Penyelamat kepada Anak yang dilahirkan Maria. Yesus yang oleh nabi Yeremia adalah ‘Tuhan Keadilan kita’ (Yer 23:6) menjadi Anak Maria dan Yusuf.

Sosok Maria dan Yusuf adalah model yang tepat bagi keluarga-keluarga sepanjang zaman dalam mempersiapkan kelahiran Kristus. Tidaklah mudah untuk menata relasi kasih mereka. Ada pergumulan tersendiri dalam diri Maria dan Yusuf yang nyaris memisahkan mereka berdua namun di saat-saat seperti itu mereka masih terbuka kepada Tuhan Bapa di Surga. Nah, kalau saja para pasutri masa kini dapat menjadikan Maria dan Yusuf sebagai model yang tepat dalam berkeluarga maka cerita tentang keluarga-keluarga masa kini akan berbeda, pasti serupa dengan keluarga kudus dari Nazaret.

P. John Laba, SDB