Melakukan kehendak Tuhan
Pada hari ini kita mengenang santo Thomas Aquinas. Saya tertarik dengan sebuah ucapannya tentang melakukan kehendak Tuhan seperti ini: “Satu hal yang Tuhan kehendaki dari semua makhluk intelektual adalah mengorbankan kehendak mereka sendiri demi melakukan kehendak Tuhan.” Tulisan-tulisan St. Thomas Aquinas memang mengeksplorasi hubungan antara pikiran manusia dan pikiran Tuhan dan juga sintesis pengetahuannya yang berkaitan dengan penggabungan intelek dan iman, yang kita kenal dalam ‘Summa Theologica’ (1267-1273), yang membuatnya memiliki reputasi yang luar biasa di kalangan cendekiawan dan agamawan.
Bagi saya, perkataan santo Thomas tentang kehendak Tuhan ini adalah sebuah perkataan yang sangat menguatkan dan meneguhkan kita semua. Tentu saja orang kudus kita ini memandang dan mengkontemplasikan Yesus sendiri yang datang untuk melakukan kehendak Bapa. Tuhan Yesus pernah berkata: ”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh 4:34). Dia: “Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh 5:30). Kedua ayat ini menegaskan kepada kita bahwa kehendak Allah Bapa adalah segalanya bagi Yesus sebagai Anak dalam Roh Kudus. Boleh dikatakan bahwa prinsip Yesus adalah: “Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu” (Ibr 10:9). Bunda Maria sendiri menunjukkan keteladanan bagi kita: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38).
Satu pertanyaan bagi kita semua adalah apakah kita melakukan kehendak Allah atau melakukan kehendak diri sendiri? Ini tentu bukan hanya pertannyaan untuk direfleksikan kaum berjubah saja tetapi untuk kita semua. Para suami dan istri melakukan kehendak Allah yang mempersatukan bukan memisahkan. Kita membaca ‘sebab itu apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia’ (Mat 19:6). Namun betapa banyak pasangan suami dan istri yang gagal karena mereka tidak melakukan kehendak Tuhan ini. Para saudari dan saudara yang menghayati hidup bakti atau kaum berjubah, kadang hanya melakukan kehendak pribadi bukan kehendak Tuhan. Berbagai peristiwa sosial di beberapa daerah yang membuat kaum berjubah dipandang ‘tidak’ menampakkan wajah Allah tetapi menampakkan wajah bulldozer yang menggusur. Lalu kehendak Allah ada di mana? Ini sebuah pertanyaan yang membangunkan kita sebagai Gereja dari tidur berkepanjangan di hadapan orang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.
Mari kita bersama-sama menjadikan kehendak Allah sebagai prioritas untuk kebaikan semua orang sebagaimana di harapkan santo Thomas Aquinas ini. St. Thomas Aquinas, doakanlah kami. Amen.
P. John Laba, SDB