Hari Rabu, Pekan Biasa ke-III
Ibr. 10: 11-18;
Mzm. 110:1,2,3,4;
Mrk. 4:1-20.
Sabda yang menguduskan
Tuhan Yesus selalu mengambil contoh dalam bentuk perumpamaan yang sanat sesuai dengan tempat di mana Ia mewartakan Sabda dan menghadirkan Kerajaan Allah. Ia mengambil contoh-contoh dalam kehidupan agraris, maritim, dalam tata pemerintahan, militer dan perdagangan. Semua aspek kehidan manusiawi kita diajarkan oleh Yesus kepada kita. Tuhan mengajarkan semua ini karena Ia menghendaki kita menjadi kudus. Ia bahkan mengorbankan Yesus Putera-Nya untuk kekudusan kita. Penulis surat kepada Umat Ibrani: “Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibr 10:14)
Bagaimana menuju kepada kekudusan? Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk menyiapkan hati kita dengan baik supaya Sabda Tuhan benar-benar bertumbuh subur dan menghasilkan buah berupa Kebajikan-kebajikan yang melimpah. Tuhan sendiri yang mewartakan Sabda dan diharapkan supaya berbuah melimpah dalam hidup kita. Nabi Yesaya pernah berkata: “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan.” (Yes 55:10). Kita perlu mengintrospeksi diri masing-masing di hadapan Tuhan. Tuhan sendiri menjadi penabur yang menaburkan benih yakni sabda-Nyaya, maka hati kita kita janganlah menjadi seperti benih yang jatuh di pinggir jalan, di atas batu dan di antara Semak berduri, namun harislah di tanah yang subur sehingga menghasilkan buah melimpah. Apakah hati kita menjadi tempat yang subur bagi Sabda Tuhan?
P. John Laba, SDB