Merenung Benih Panggilanku – 26 Tahun Kaul Kekalku sebagai Salesian

Merenung benih panggilanku

Sejak tanggal 29 Januari 1999 saya mencatat babak baru di dalam perjalanan panggilan hidup bakti saya. Setelah melewati tahun-tahun pembinaan sebagai calon dan sebagai seorang Salesian muda sejak tahun 1989, saya akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang Salesian selama-lamanya dengan mengikrarkan kaul kekal saya. Saya mengingat bahwa pada bulan Agustus 1998, bersama para konfrater Salesian muda yang sedang belajar Teologi di Italia dan kami yang belajar teologi di provinsi Salesian Timur Tengah (Medio Oriente) mengikuti persiapan kaul kekal di Roma. Pada saat itu saya sendiri masih sebagai frater yang belajar teologi di Cremisan, Yerusalem, Israel, sehingga saya hanya mengikuti persiapan kaul kekal lalu kembali ke Israel. Pada tanggal 29 Januari 1999, tepatnya pada hari terakhir kami mengadakan retret tahunan komunitas, saya bersama dua konfrater lain mengikrarkan kaul kekal sebagai Salesian selama-lamannya di Bukit Sabda Bahagia, Galilea.

Di atas bukit Sabda Bahagia, dari kejauhan saya memandang kota Kapernaum di pinggir Danau Galilea. Danau Galilea yang panjangnya 21 KM dan lebarnya 11KM itu pernah menjadi saksi bisu ketika Tuhan Yesus yang memanggil saya untuk mengikuti-Nya dari dekat. Tuhan Yesus yang pernah mengajar di tepi Danau Galilea yang indah itu, di mana banyak orang datang dan mengerumuni Dia sambil mendengar pengajaran-Nya. Tuhan Yesus yang naik ke atas perahu dan mengajarkan banyak hal dalam bentuk perumpamaan. Ketika ituTuhan Yesus bercerita tentang seorang penabur (Mrk 4:1-20). Sang penabur itu keluar dan bebas untuk menabur benih yang ada padanya. Ada benih yang ditaburkan itu jatuh di pinggir jalan dan cepat habisdan tidak bertumbuh karena dimakan burung. Ada benih yang jatuh di tanah berbatu-batu yang beningnya cepat bertumbuh namun cepat layu dan mati karena tidak berakar. Ada benih yang jatuh di antara Semak duri yangmemang bertumbuh namun menjadi kerdil dan mati karena dihimpit oleh semak duri yang semakin besar. Ada benin yang jatuh di tanah yang baik, yang bisa bertumbuh subur sehingga menghasilkan buah 30, 60 dan 100 kali lipat.

Perjalanan panggilan dalam hidup bakti seperti hidup imamatku dari pembinaan awal hingga pembinaan berkelanjutan ini ibarat benih-benih yang ditaburkan oleh sang penabur. Sang penabur itu bebas untuk mengambil benih dan menaburnya, tanpa diarahkan oleh siapapun. Penabur adalah Tuhan sendiri yang menaburkan benih yakni Sabda-Nya. Di dalam sabda-Nya itu ada benih-benih panggilan itu sendiri. Saya coba memahami benih sebagai Sabda dan Panggilan dari Tuhan sendiri. Dan saya melihat dan mengalami sendiri bahwa benih panggilan itu memang ada yang jatuh di pinggir jalan dan saudara-saudara itu hanya live in dan lewat begitu saja. Ada saudara-saudara yang sempat mencoba masuk dan mengalami pembinaan bersama-sama tetapi akhirnya memilih untuk mundur karena tidak memiliki akar panggilan yang kuat. Ada yang sempat masuk dan mengikuti proses pembinaan seperti biasa tetapi akhirnya terhimpit kekuatiran hidup sehingga memilih untuk mundur. Saudara-saudara yang tidak sempurna di mata manusia tetapi ternyata layak di mata Tuhan menjadi benih yang bertumbuh subur dang menghasilkan buah yang berlipat ganda.

Saya sangat berterima kasih di hari bahagia ini. Sejak tahun 1989 saya pertama kali bergabung dalam Kongregasi Salesian Don Bosco di Fatumaca, Baucau, Timor Leste, saya mengalami dan berusaha untuk memelihara benih panggilan itu. Tuhan memang terlalu baik bagiku sehingga saya yang bukan merupakan benih yang subur dapat dijadikan benih subur dan menghasilkan buah hingga saat ini. Saya berterima kasih kepada Tuhan, kepada kedua orang tua yang sudah bersama-sama dengan sang penabur, saudari dan saudaraku, keluarga besar, para konfrater, para guru dan sahabat kenalan yang membuat benih menjadi subur dan berbuah hingga saat ini. Di ulang tahun ke-26 kaul kekal saya, saya mendoakan kalian satu persatu yang sudah bergabung bersama sang penabur dan yang masih menjadi rekan peziarah di dunia ini.

Selanjutnya anda dapat menonton kembali kisah dibalik jubah di link ini:

Tuhan memberkati kita semua.

P. John Laba. SDB