Tentang Kata dewata dalam Mazmur 138

Tentang kata ‘Dewata’ dalam Mazmur 138

Kita tentu masih ingat Pengulangan dalam Mazmur Tanggapan pada perayaan Ekaristi Hari Minggu Biasa ke-V/C kemarin yang berbunyi: “Di hadapan para dewata aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya Tuhan” (Mzm 138:1c). Kata yang membuat banyak orang bertanya-tanya adalah kata ‘dewata’. Ada seorang sahabat sempat menulis kepada saya bahwa ia merasa sangat terganggu ketika mendengar dan membaca kata ‘dewata’ disebutkan di dalam Mazmur ini karena dia sudah percaya seribu persen kepada Tuhan Yesus Kristus.

Ada juga seorang pendengar setia Oase Rohani Katolik (ORK) dari Komsos Keuskupan Agung Jakarta menanyakan hal yang sama karena didengar bersama juga dalam ORK bersama saya di link ini dan bisa didengar kembali dalam bagian Mazmurnya:

Inilah pertanyaannya: “Kepada ORK, kami mohon pencerahan untuk yang berikut: pada ORK hari ini, di dalam Mazmur Tanggapan: “Di hadapan para dewata aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya Tuhan” Pertanyaan kami, siapakah yang dimaksudkan dengan dewata itu? Apakah orang-orang kudus? Terima kasih, Tuhan memberkati. Syalom”

Nah, siapakh dewata itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita menemukan penulisan kata dewata: “dewata/de·wa·ta/déwata, yang berhubungan dengan dewa; dan sifat dewa; kedewaan. Maka dalam pemahaman umum, kata ‘dewata’ merupakan kata benda atau sebuah bentuk lain dari kata devata dalam agama Hindu. Dewata lalu dapat dipahami sebagai semacam ‘roh baik’, mirip dengan ‘malaikat pelindung’ atau ‘dewa yang lebih rendah’. Dewata juga seringkali dikaitkan dengan ‘ketuhanan’ (Godhead). Orang memahaminya seperti ini, dewata itu mengacu pada “apanya” di dalam diri Tuhan sendiri, sedangkan Tuhan mengacu pada “siapanya” yang ada di dalam diri Tuhan.

Sekarang, mari kita melihat Mazmur 138, 1c dalam Bahasa-bahasa lain paling kurang yang saya kenal:

Bahasa Ibrani: לְדָוִד: אוֹדְךָ בְכָל-לִבִּי; נֶגֶד אֱלֹהִים אֲזַמְּרֶךָּ.
Bahasa Italia: “A te voglio cantare davanti agli angeli” (di hadapan para malaikat aku hendak bermazmur bagi-Mu)
Bahasa Spanyol: “Delante de los dioses te cantaré salmos”
Bahasa Portugis: “Na presença dos deuses a ti cantarei louvores”.
Bahasa Prancis: “Je chante tes louanges en la présence de dieu”.
Bahasa Inggris: “Before the gods I will sing praises to You”

Dari beberapa bahsa yang saya kenal ini terdapat kata-kata yang diterjemahkan dengan tepat dalam Bahasa Indonesia yakni: ’ĕ-lō-hîm (allah atau ilah atau dewata), angeli (malaikat-malaikat) demikian juga ‘dioses, deuses, dieu dan gods’ memiliki makna yang sama yakni dewata. Perhatikan bahwa dalam penulisan semuanya memakai huruf kecil: allah, malaikat, dioses… juga gods. Tentu saja dewata itu berbeda dengan Tuhan Allah (God) yang kita imani dalam agama Monoteis. Satu hal yang perlu kita perhatikan dalam kalimat setelah kata ‘dewata’ dalam Mazmur ini adalah ‘aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya Tuhan’. Ini berarti Tuhan Allah kita itu memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi dari segala makhluk yang lain. Sebab itu kita tidak harus merasa terganggu dengan kata ‘dewata’ karena ada Tuhan Allah yang jauh lebih tinggi dari segalanya. Dengan meminjam perkataan santo Paulus ini: “Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi” (Flp 2:10). Tuhan itu lebih tinggi dari dewata manapun karena Dialah Allah kita.

Demikian komentar saya tentang dewata.

PJ-SDB