FFT – Saya Sibuk

Saya Sibuk…

Dalam sebuah rekoleksi para pengurus di sebuah paroki, ada sebuah sharing pengalaman pelayanan yang luar biasa. Ada seorang ketua lingkungan yang sedang merasa putus asa dengan tugas dan pelayanannya. Ia sudah berusaha semampunya untuk dapat menganimasi sesama umat di lingkungannya dalam menyukseskan kegiatan-kegiatan dalam hidup menggereja. Hanya saja kadan-kadang ia merasa kesulitan dalam bekerja sebagai sebuah team yang handal. Ia mengakui selalu menulis pesan di ‘WAG’ dan ‘japri’ namun kadang-kadang tidak ditanggapi di dalam group atau pribadi. Ada orang yang memang membaca dan memberi jempol tetapi hanya sebatas itu saja. Ada orang yang hanya kelihatan tanda centang di WA sepert nomor ketua lingkungan diblokir. Hanya ada satu alasan yang tertulis dan lisan ini: ‘Saya sibuk!’. Ada orang yang masih menambahkan kata ‘maaf ya’ namun ada juga yang tidak menulis atau mengatakan apapun. Sang ketua lingkungan hanya menghibur dirinya: “Bagi Tuhan saya akan tetap mau melayani, apapun situasinya”.

Sharing sederhana ini memang sempat membuat peserta tersenyum tidak manis-manis amat karena malu, ada yang hanya bisa menunduk sambil menggoyang kakinya tanpa bisa mengangkat mukanya. Di dalam berorganisasi atau berkomunitas memang selalu seperti ini. Tidak ada seorang pun yang mau melayani dengan tulus hati. Memang mudah berjanji tetapi sulit melaksanakannya. Alasannya: ‘Saya sibuk!’. Yah, sibuk atau tidak sibuk atau menyibukkan diri terkadang menjadi tembok pemisah dalam kebersamaan.

Ada sebuah gambar dan tulisan yang indah buat direnung ini:

‘Memang sangatlah mudah untuk mengatakan sedang sibuk ketika seseorang membutuhkan dirimu. Namun ingatlah bahwa lebih menyakitkan saat mendengar kesibukan ketika anda sendiri yang membutuhkan seseorang”

Apakah masih tetap mengucapkan: ‘Saya sibuk!’ atau saya membagi waktu saya untuk bersosialisasi dengan sesama di lingkungan, di komunitas untuk menata diri saya menjadi lebih baik? Anda bisa mengatakan saya sibuk, namun anda tersakiti ketika orang mengatakan dia sibuk padahal anda membutuhkannya. Maka semua kembali kepadamu, lakukanlah segala sesuatu sesuai hati nuranimu. Selamat hari selasa.

P. John Laba, SDB