Memikul Beban
Saya mengingat masa kecil di kampung. Sebagai pribadi yang bertumbuh di dalam lingkungan agraris maka yang namanya memikul beban adalah hal yang biasa. Ada jenis-jenis ternak yang perlu diberi makan, seperti ayam, kambing dan babi. Ketiga jenis ternak ini menjadi favorit karena merupakan sumber uang bagi keluarga yang memilikinya. Ketiga jenis ternak ini juga membuat anak-anak sejak usia dini sudah belajar untuk memikul makanan ternak, terutama dedaunan sebagai makanan pokok ternak yang ada. Makanan ternak biasanya diletakkan di bahu atau di atas kepala, melewati medan yang berat dan ringan.
Di samping memikul makanan ternak, ada juga pemandangan lain yang menarik. Kaum wanita umumnya mengambil air di sungai, dari mata air atau dari sumur. Sebelumnya mereka menggunakan bambu yang besar untuk mengisi air, dalam perkembangan selanjutnya orang menggunakann bahan dari plastik untuk mengisi air atau drum-drum tertentu. Baik bambu maupun plastik haruslah dipikul sampai di rumah.
Memikul beban lalu menjadi sebuah kebiasaan yang baik. Ini adalah bagian dari mengolah tubuh demi kesehatan jiwa dan raga. Memikul beban dapat membuat otot dan tulang kita menjadi kuat. Tentu dampak negatifnya juga dapat dirasakan sediri. Memaksa diri untuk memikul bebam berdampaj pada kesehatan tubuh kita di masa depan, misalnya saraf kejepit. Kita semua sudah mengalaminya dan tidak mau mengulangi kesalahan yang sama bagi anak-anak masa kini. Fisik kita harus bertumbuh normal.
Ketika memandang Yesus tersalib, kita juga langsung memahami makna salib-Nya. In Cruce Salus, pada salib ada keselamatan. Tuhan Yesus sudah lebih dahulu memikul salib, untuk keselamatan kita. Bahu, kepala dan wajah Yesus berdarah-darah sebagai tanda pengorbanan diri kita. Sekujur Tubuh-Nya yang kudus bermandikan darah untuk menyelamatkan kita. Betapa beratnya beban yang berbuah keselamatan kita.
Saya menemukan gambar dan tulisan yang inspiratif ini: “Hidup ini tidak akan pernah menunggu kehadiranmu untuk merasa baik-baik saja. Bangkitlah, pikullah bebanmu saat ini juga dan teruslah melangkah” Ini adalah prinsip yang indah ketika ada beban di depan kita. Ingatlah pesan Yesus ini: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat 11:28). Beranilah memikul bebanmu dan selalu siap sedia untuk menerima dan memikul salibmu itu.
Berkat Tuhan,
P. John Laba, SDB