Hari Rabu, Pekan Prapaskah ke-IV/C
St. Fransiskus dr Paola
Yes. 49:8-15
Mzm. 145:8-9,13cd-14,17-18
Yoh. 5:17-30
Lectio:
“Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”
Demikianlah Sabda Tuhan,
Syukur kepada Allah.
Renungan:
Menata Sebuah Relasi
Kita berada di Hari Rabu Pekan Prapaskah ke-IV, masih dalam Pekan Suka Cita. Apakah ada suka cita? Saya merasa yakin bahwa pasti ada suka cita di dalam hidup anda. Mengapa? Pertama, karena pada hari ini kita memasuki hari ke-25 dalam masa puasa kita. Ini berarti tinggal 15 hari dari sekarang, kita akan mengakhiri masa puasa. Tentu saja ini sungguh merupakan sebuah suka cita. Kedua, kita sedang berada di masa liburan bersama sebagai tanda persaudaraan bersama saudari dan saudara Muslimat dan Muslim yang merayakan pesta Idul Fitrinya. Selamat bagi sanak keluarga yang merayakannya. Semoga relasi persaudaraan, toleransi kita semakin subur di negeri ini.
Pada hari Rabu ini, Tuhan kembali menyadarkan kita tentang keindahan sebuah relasi persekutuan dan bagaimana usaha kita untuk menatanya menjadi lebih baik lagi. Tuhan Yesus menyadarkan kita berdasarkan pengalaman hidup-Nya sendiri. Pengunji; Yohanes mengisahkan bahwa setelah Tuhan Yesus nenyembuhkan seorang yang sakit selama 38 tahun pada hari Sabat maka lalu mengngatlan orang banyak bahwa Allah Bapa tetaplah bekerja samoai sekarang sehingga Ia sebaga Anak juga bekerja. Pengalaman menyembuhkan pada hari Sabat dan menyapa Allah sebagai Bapa telah membuat gelombang protes dari kalangan bansa Yahudi. Jadi dengan sikap Yesus yang dianggap tidak menguduskan Bait Allah dan menyapa Allah sebagai Bapa telah membuat pertentangan besar di dalam masyarakat pada zaman itu.
Terhadap opini liar dan luapan kebenciaan orang-orang kebanyakan ini, maka Tuhan Yesus semakin berani untuk menata relasi-Nya dengan Bapa di Surga dalam Roh. Relasi Yesus sebagai Allah Putra dan Allah Bapa di surga sungguh menyatu. Yesus sendri mengakui ‘Aku dan Bapa adalah satu’ (Yoh 10:30). Yesus mengakui bahwa Ia tidak dapat mengerjakan segala pekerjaan dari diri-Nya sendiri jika Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya. Segala sesuatu yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak, dan inilah sebuah rtelasi kasih yang indah. Yesus juga menegaskan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya saat itu tidak akan sebanding dengan pekerjaan yang jauh lebih besar yaitu membangkitkan orang dari kematiannya. Orang-orang yang sudah wafat dan bangkit akan mendengar suara Yesus sendiri. Di samping kuasa untuk membangkitkan atau menganugerahkan hidup baru, Tuhan Yesus juga di beri kuasa untuk menghakimi manusia. Yesus menjadi hakin yang adil dan jujur.
Sungguh merupakan sebuah sukacita karena Tuhan mengasihi kita. Dia menata relasi kasih-Nya yang begitu teratur dengan Bapa di Surga. Dia juga menata kasih-Nya yang tulus dengan manusia, anda dan saya yang percaya kepada-Nya. Kita dalam ziarah pengharapan ini perlu membuat komitmen untuk menata relasi kasih kita dengan Tuhan sendiri. Dengan meminjam perkataan Yesus: “Aku dan Bapa adalah satu” maka kitapun boleh berkata: “Aku dan Bapa, Aku dan Yesus, Aku dan Roh Kudus adalah satu.
Doa: Ya Tuhan Yesus, Engkau mengakui relasi kasih-Mu dengan Bapada dalam Roh sebagai satu kesatuan dalam Tritunggal Maha Kudus. Bantulan kami untuk menata relasi kasih kami dengan-Mu dalam masa pra paskah ini dengan membangun komitmen untuk semakin melayani kaum kecil dan lemah, semakin bertekun dalam doa dan berbuah dalam puasa dan pantang kami. Bunda Maria yang selalu menolong, doakanlah kami anak-anakmu. Amen.
P. John Laba, SDB