Hari Kamis, Pekan IV Prapaskah
Kel. 32:7-14
Mzm. 106:19-20,21-22,23
Yoh. 5:31-47
Bernegosiasi demi kebaikan
Kita semua sering mengucapkan kata negosiasi. Negosiasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dipahami sebagai proses tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan bersama. Negosiasi juga dapat diartikan sebagai penyelesaian sengketa secara damai. Untuk melakukan negosiasi tentu membutuhkan negosiator. Negosiator adalah orang yang bertugas melakukan negosiasi, dalam hal ini proses tawar menawar untuk mencapai kesepakatan bersama. Negosiator dapat berperan sebagai penengah dan saksi dalam proses perundingan. Apakah anda pernah menjadi negosiator yang melakukan negosiasi tertentu?
Pada hari ini kita berjumpa dengan sosok Musa. Di kisahkan di dalam Kitab Keluaran bahwa Musa sedang bersamadi bersama Tuhan di atas puncak gunung Sinai selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Ketika bangsa Yahudi merasa sangat bebas karena tanpa ada Musa maka mereka membuat patung lembu emas dan menyembahnya. Sebab itu Tuhan menyuruh Musa untuk segera turun dan menjumpai bansanya yang sudah dipimpinnya keluar dari Mesir. Tuhan mengatakan kepada Musa bahwa bangsa Israel telah tegar tengkuk kepada-Nya maka Ia akan menunjukkan murka-Nya kepada mereka. Hanya Musa yang akan dibuat menjadi bangsa yang besar.
Musa lalu tampil menjadi seorang negosiator yang handal antara Tuhan dan manusia. Musa berkata kepada Tuhan: “Mengapakah, Tuhan, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat?” (Kel 32:11). Musa mengingat-ingat kembali msa lalu yang begitu indah karena kasih dan kebakan Tuhan. Namun kini Tuhan menunjukkan murka-Nya. Musa juga menyebut nama para Bapa bangsa yang pernah menjadi sahabat-sahabat Tuhan sendiri. Mereka adalah Abraham, Ishak, dan Yakubu para hamba Yahwe. Tuhan sendiri sudah mengilkat perjanjian dengan mereka supaya mereka memiliki keturunan yang banyak seperti Bintang di langit.Seluruh negeri akan diberikan kepada bangsa Israel. Sikap diplomatis dalam bernegosiasi ini benar-benar melembutkan nhati Tuhan. Ia lalu berkata: “Menyesallah Tuhan karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya”.
Persahabatan yang dalam antara Musa dan Tuhan membuahkan hasil yang baik. Ruhan tetap menunjukkan diri sebagai Allah yang murah hati, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Seberdosanya manusia sekalipun, Tuhan tetap menaruh belas kasihan kepada-Nya. Saya mengingat santa Faustina. Dalam buku hariannya, ia menulis: “Barangsiapa yang tahu bagaimana mengampuni, ia menyiapkan bagi dirinya sendiri banyak rahmat dari Allah. Sesering aku memandang salib, sesering itu pula aku akan mengampuni dengan segenap hatiku” (BHSF, 390). Pengampunan itu indah karena belas kasih yang berlimpah dari Tuhan.
Tuhan Yesus di dalam Injil mengingatkan kembali nama Musa. Dalam berdiskusi dengan orang Yahudi, Tuhan Yesus mengatakan: “Yang mendakwa kamu adalah Musa, yang kepadanya kamu menaru pengharapan”. Musa adalah sang negosiator yang hadal dan berhasil meluluhkan hati Bapa. Yesus sendiri adalah Musa Baru yang melembutkan hati Bapa yang Maharahim untuk mengampuni manusia. Baapa yang memberi kesaksian tentang segala pekerjaan penebusan yang akan dilakukan Tuhan Yesus, sang Musa Baru. Tuhan Yesus sendiri tidak memerlukan kesaksian dari manusia. Hanya Bapalah yang memberi kesaksian dalam pekerjaan-pekerjaan yang diserahkan kepada Yesus sebagai Putera.
Di pekan keempat Prapaskah ini, kita tetap menunjukan rasa sukacita kita di hadirat Tuhan dan sesame kita. Kita bersukacita karena penebusan berlimpah yang kita terima karena belas kasih Bapa melalui Yesus Kristus Putera-Nya. Tuhan Yesus selalu bernegosiasi bahkan mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan kita. Apakah kita dapat bernegosiasi untuk kebaikan sesame dan penebusan yang dapat mereka alami?
P. John Laba, SDB