Homili 1 Juli 2025

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XIII
Kej. 19:15-29
Mzm. 26:2-3,9-10,11-12
Mat. 8:23-27

Betapa Mulianya Martabat Manusia

Selamat datang bulan Juli. Ini adalah sebuah ucapan indah pada hari pertama di bulan Juli ini. Bulan Juli sendiri di dalam Gereja dikenal sebagai bulan khusus untuk berdevosi kepada Darah Mulia Tuhan Yesus Kristus. Sudah berabad-abad Gereja Katolik merenungkan Tubuh yang Mulia Tuhan Yesus Kristus, yang ditikam sehingga keluar Darah dan Air di lambung-Nya yang Suci sebagai lambang sakramen-sakramen di dalam Gereja. Selanjutnya devosi ini dimasukkan di dalam Liturgi Gereja oleh Paus Pius ke-IX pada tanggal 30 Juni 1849. Pada waktu itu Bapa Suci sendiri dipaksa untuk mengungsi ke Gaeta. Don Giovanni Merlini, Pimpinan Umum yang ketiga dari Tarekat Darah Mulia menemaninya dalam situasi yang sulit ini. Pengalaman ini menunjukkan betapa mulianya martabat manusia di hadirat Tuhan.

Betapa mulianya nilai martabat manusia di mata Tuhan. Kisah keluarga Lot di dalam Kitab Kejadian membantu kita untuk memahami betapa mulianya nilai martabat manusia di mata Tuhan (Kej. 19:15-29). Tuhan menurunkan hujan belerang dan api ke atas Sodom dan Gomora namun keluarga Lot diselamatkan Tuhan. Bahwa istri Lot menjadi tiang garam, karena dia tidak mematuhi ajakan kedua Malaikat Tuhan supaya jangan menoleh ke belakang, namun Lot dan kedua anaknya tetap dikasihi Tuhan dan memperoleh keselamatan. Lot sendiri bahkan mengakui dan merasakan belas kasih Tuhan yang berlimpah. Kasih setia Tuhan sungguh nyata dalam hidup kita dan mata kita tertuju kepadanya (Mzm 26:3).

Tuhan Yesus melihat kemuliaan nilai martabat manusia. Ketika ada angin ribut di danau dan sangat menakutkan para murid-Nya, Ia menghardik angin dan danau sehingga danau menjadi teduh sekali. Para murid Yesus begitu takut dan kurang percaya padahal mereka selalu bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Ketakutan dan ketidakpercayaan adalah kelemahan besar manusia, tetapi Tuhan Yesus tidak memarahi dan menghardik mereka. Manusia lemah dan rapuh namun Tuhan sangat peduli dan menghargainya. Tuhan sungguh baik.

Kita semua disadarkan untuk menghargai kemuliaan martabat manusia mulai dari hal-hal kecil. Kadang ini menjadi kesulitan kita dalam melayani sesama. Banyak orang mengaku atas nama pelayanan tetapi dia sendiri tidak bisa menjadi pelayan. Pelatan tulen itu mudah mempersalahkan sesama. Tuhan tidak mempersalahkan Lot sebab ada sosok Abraham sahabat-Nya. Tuhan Yesus tidak mempersalahlan para murid yang rapuh tetapi Ia menghardik angin dan danau menjadi teduh. Tuhan membuka jalan bagi kita untuk saling menghargai sebagai sesama manusia.

P. John Laba, SDB