Homili 3 Juli 2025 – St. Thomas Rasul

Pesta St. Thomas Rasul
Ef. 2:19-22
Mzm. 117:1,2.
Yoh. 20:24-29

Kita adalah Kembaran Thomas

Pada hari ini kita mengenang kembali Rasul St. Thomas atau ada yang menyebutnya ‘SaToRa’ alias Santo Thomas Rasul. Nama Thomas berasal dari Bahasa Aramaik תְּאוֹמָא (Teʾoma) yang berarti ‘si kembar’. Nama ini lalu ditransliterasi ke dalam Bahasa Yunani τομη (tome) dan dalam Bahasa Latin yang kita kenal Thomas. Baik dalam Bahasa Yunani maupun Latin tetap berarti ‘si kembar’. Nama Thomas juga sering disamakan dengan ‘Didymus’ yang juga berarti ‘si kembar’ (Yoh 11:16). Kitab Suci memang tidak menjelaskan mengapa ia disebut ‘si Kembar’, maupun siapa kembarannya. Satu-satunya kepastian yang dapat kita ambil dari Kitab Suci adalah bahwa Thomas diberi julukan si Kembar. Julukan ini mungkin merupakan panggilan akrab karena ia mirip dengan orang lain, atau ia mungkin memiliki saudara kembar biologis, baik perempuan maupun laki-laki. Jika Thomas memang memiliki kembaran, kita hanya dapat menebak-nebak tentang identitas kembarannya.

Terlepas dari pertanyaan siapa kembaran St. Thomas Rasul, kita semua mengenalnya sebagai salah seorang Rasul Yesus. St. Paulus dengan sangat tepat mengingatkan jemaat di Efesus bahwa para Rasul adalah dasar bagi jemaat. Paulus menulis: “Kamu dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2:20). Dengan demikian kita sebagai Gereja bukan lagi sebagai orang asing namun sewarga dengan orang-orang kudus. Kita menjadi tempat kediaman Allah dalam Roh.

Meskipun St. Thomas Rasul menjadi salah satu dasar yang kokoh bagi Gereja namun kita juga tidak melupakan sosok keperibadiannya. Dia dikenal sebagai Thomas yang mula-mula ragu-ragu dan kurang percaya akan kebangkitan Yesus, namun akhirnya mengakui Yesus dengan perkataan: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:28). Apa yang dapat kita pelajari dari St. Thomas Rasul? Pertama, Thomas itu pribadi yang jujur dalam mengungkapkan keraguannya di hadapan Tuhan dan sesamanya. Dia memang dilabel ‘Thomas yang kurang percaya’ namun membantu kita untuk bertanya dan mencari bukti yang dapat menjadi bagian dari ziarah iman kita. Kedua, Thomas mengajarkan kita kekuatan iman yang transformatif. Thomas beralih dari keraguan menjadi keyakinan yang mendalam. Ketiga, Thomas memiliki semangat misioner dan sangat dikenal di India.

Bagaimana dengan kita? Thomas berarti ‘si kembar’ dan boleh dikatakan kita adalah kembarannya. Kita mesti jujur bahwa kita juga sering meragukan Tuhan hanya saja kita tidak jujur seperti Thomas. Kita masih sulit bertransformasi karena kita merasa nyaman dalam keraguan. Sebaiknya mari kita berubah. Be the change! Jadilah perubahan!

P. John Laba, SDB