Homili 5 Juli 2025

Kej. 27:1-5,15-29
Mzm. 135:1-2,3-4,5-6;
Mat. 9:14-17

Bersahabat dengan Yesus

Kita semua sudah mendengar perkataan Tuhan Yesus: ‘Kamu adalah sahabat-Ku’ (Yoh 15:14). Perkataan Yesus bahwa kita adalah sahabat-Nya tercakup dalam ajaran-Nya tentang persahabatan kita satu sama lain. Ia berkata: “Inilah perintah-Ku, supaya kamu saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yohanes 15:12). Dan juga “Hal-hal inilah yang Aku perintahkan kepadamu, supaya kamu saling mengasihi” (Yohanes 15:17). Apakah kita sudah sadar diri bahwa kita adalah para sahabat Yesus?

Pada hari ini Tuhan Yesus sekali lagi mengingatkan kita bahwa Dia adalah mempelai dan kita adalah sahabat-sahabat-Nya sebagai sang Mempelai. Selagi bersama-sama dengan-Nya sebagai mempelai maka kita bersukacita.

Tuhan Yesus adalah Mesias yang membawa era baru dan perjanjian baru, yang tidak dapat dibatasi atau dipahami dalam kerangka praktik dan tradisi Yahudi yang lama. Ia juga tidak sekadar memperbaiki sistem lama, tetapi menawarkan realitas baru yang radikal berdasarkan kasih karunia dan iman kepada-Nya. Ini adalah hal yang luhur.

Sebagai sahabat Yesus, kita perlu sadar diri bahwa kita juga memiliki titik-titik kelemahan. Para murid Yesus sendiri menunjukkan titik-titik kelemahan mereka seperti menyangkal, meragukan, berambisi bahkan mengkhianati-Nya. Mari kita mengingat kembali relasi persaudaraan antara Esau dan Yakub yang menjadi renggang karena sebuah ‘konspirasi’ dan kebohongan. Hak kesulungan Esau direbut oleh Yakub karena kesukaan sang ibu yaitu Ribka untuk mengelabui Ishak. Demikian selalu terjadi bahwa di dalam keluarga sekalipun ada kerjasama untuk saling membohongi satu sama lain sekecil apapun itu. Hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengubah hidup kita karena iman dan kasih karunia.

Bagaimana dengan kita?

Bersahabat dengan Yesus bisa terjadi kalau kita melakukan kehendak dan perintah kasih-Nya. Kita sendiri mengakui diri ‘Kristen’ artinya Kristus kecil namun kadang masih berada di luar jangkauan. Kita bersaha bukan hanya hadir untuk memberi ‘ikan’ namun ‘mata kail’ untuk mengubah mereka sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan sesamanya dan sungguh menjadi sahabat Yesus sang Mempelai sejati.

P. John Laba, SDB