Hari Minggu Biasa XIVC
Yes. 66:10-14c
Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a,16,20
Gal. 6:14-18
Luk. 10:1-12,17-20
Sukacita dalam perutusan
Saya pernah mendengar sharing seorang Misonaris senior yang sudah berkarya selama 40 tahun di tanah misi. Dia mengaku diri sebagai seorang perintis dan digelari ‘bapa pendiri’ kehadiran tarekat itu di tanah misi. Pada awal kehadirannya bersama seorang saudara yang lain di tanah misi, mereka mengalami begitu banyak kesulitan: tempat tinggal untuk melayani, orang-orang setempat yang masih rendah taraf hidup dan iman mereka, dan penyakit malaria serta hewan liar yang mengancam kehidupan mereka. Berpatok pada pengalaman masa lalu, ia tegas mengakui: “Dalam situasi yang serba sulit itu kami tetap bertahan sampai detik ini karena kami bersukacita dalam perutusan dan pelayanan kami”. Pengalaman misioner yang luar biasa.
Satu kata yang indah bagi kita di hari Minggu ini adalah “bersukacita” dan saya tambahkan “Bersukacita dalam perutusan”. Mari kita melihat pengalaman nabi Yesaya. Ia membagikan pesan Tuhan tentang sukacita dan penghiburan atas pemulihan dan kesejahteraan Yerusalem. Tuhan Maharahim yang mengasihi dan memelihara. Dengan demikian maka sukacita dan kekuatan sungguh dirasakan oleh umat-Nya. Di sini, Allah sendiri menghibur umat-Nya, memulihkan kota Yerusalem, dan memberkati mereka dengan kelimpahan dan damai sejahtera. Ada penderitaan namun selalu dihiasi dengan sukacita.
Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatiamenegaskan bahwa sebagai orang Kristen seharusnya hanya membanggakan salib Yesus Kristus, yang melambangkan penciptaan baru dan kebebasan dari ikatan dunia. Identitas sejati dan nilai seseorang terdapat dalam Kristus, bukan dalam praktik eksternal seperti sunat, dan bahwa umat beriman merupakan bagian dari komunitas baru yang dipersatukan oleh kasih karunia dan damai sejahtera. Ini juga merupakan sukacita yang luhur.
Tuhan Yesus memanggil tujuh murid dan mengutus mereka untuk pergi berdua-dua. Ia mengingatkan mereka untuk bersukacita dalam perutusan mereka. Mengapa mereka bersukacita? Karena mereka pergi mendahului Yesus di setiap kota dan tempat yang akan dikunjungi Yesus. Mereka adalah pekerja milik Tuhan yang diutus untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Memang memberitakan Injil adalahs sebuah urgensi, bergantung pada kemurahan Allah, serta tanggung jawab di pundak mereka sebagai pekerja milik Tuhan.
Bagaimana dengan kita?
Kita adalah para pekerja milik Tuhan yang siap diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah. Apapun situasinya kita tetap bersukacita. Kita bermegah dalam Kristus.
P. John Laba, SDB