Peringatan Wajib St. Bonaventura
Kel. 2:1-15a
Mzm. 69:3,14,30-31,33-34
Mat. 11:20-24
Dibuang lalu dipungut kembali!
Pada hari ini kita mengenang kembali St. Bonavemtura. Ada sebuah ucapannya yang sangat inspiratif yakni: “Dalam segala perbuatan dan perkataanmu, hendaknya kamu menjadikan Yesus sebagai teladanmu. Lakukanlah hal itu baik ketika kamu berjalan, diam, atau berbicara, baik ketika kamu sendirian maupun bersama orang lain. Dia adalah sempurna, dan oleh karena itu kamu tidak hanya akan bebas dari cela, tetapi juga patut dipuji.” Bagi orang kudus kita har ini, Yesus adalah teladan hidup kita.
Perkataan St. Bonaventura ini sekaligus membuat kita berefleksi tentang hidup pribadi kita di hadirat Tuhan Yesus. Banyak kali kita ternyata tidak menjadikan Yesus sebagai teladan hidup kita, terutama ketika kita larut dalam kenikmata duniawi. Pikirkanlah kecaman-kecaman kepada kota-kota di mana Yesus melakukan banyak tanda heran yang menyelamatkan seperti: Khorazim dan Betzaida yang sangat dekat di hati Yesus dibandingkan dengan daerah Tirus dan Sidon di luar komunitas Yahudi. Namun kedua kota di luar komunitas Yahudi ini akan lebih ringan tanggungan mereka pada akhir zaman. Tuhan Yesus juga mengecam kota Kapernaum sebagai markas-Nya bersama para murid. Kota ini akan diturunkan ke dunia orang mati dibandingkan dengan kota Sodom yang akan lebih ringan tanggungannya. Mengapa kota-kota ini dikecam oleh Yesus? Sebab mereka tidak percaya kepada Yesus dan kuasa-Nya. Meminjam santo Bonaventura: ‘mereka tidak menjadikan Yesus sebagai teladan’. Mereka berkeras hati dan tidak bertobat.
Selanjutnya, kita perlu memiliki kesadaran baru untuk bertobat. Kita memandang sosok Musa. Nama Musa atau Moses (Ibrani: מֹשֶׁה, Mōšeh) artinya “ditarik keluar” atau “diambil dari air”. Nama ini diberikan kepada Musa karena ia ditemukan dan diangkat dari sungai Nil oleh putri Firaun. Kata-kata yang berkaitan dengan makna nama Moses adalah: ‘dibuang di Sungai Nil, dipungut atau diambil dari dalam air Sungai Nil, diadopsi Putri Firaun di negeri asing, dipeliara’ untuk sebuah tujuan yang mulia yakni menjadi pemimpin Israel. Dari nama Musa, kita menyadari bahwa kita juga dipungut, diadopsi, dipelihara oleh Tuhan untuk tujuan yang mulia sesuai rencana-Nya. Kesadaran semacam ini sungguh ada di dalam diri kita kalau Tuhan Yesus dijadikan sebagai pedoman hidup kita.
Apa yang harus kita lakukan?
Kita berusaha untuk memiliki kesetiaan kepada Tuhan seperti Musa. Dia dibuang, diambil dari air, dipelihara untuk tujuan mulia dan sungguh terlaksana. Terlepas dari dosa Musa dalam Kitab Bilangan (Bil 20:10-12), namun Dia tetaplah sosok inspiratif yang bisa menjadikan kita sebagai Musa baru masa kini. Mengapa? Karena kita juga ‘dipungut’ melalui air baptis untuk menjadi kudus dan tak bercacat di hadirat Tuhan.
P. John Laba, SDB