Homili 16 Juli 2025

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XV
Kel. 3:1-6.9-12
Mzm. 103:1-2,3-4,6-7
Mat. 11:25-27

Semuanya berawal dari kasih Tuhan

Saya pernah menghadiri sebuah perayaan syukur tiga puluh tiga tahun imamat dari seorang rekan imam. Perayaan ekaristinya berlangsung dengan meriah sehingga membuat kami para imam konselebran seolah-olah ikut merayakan secara langsung hari ulang tahun tahbisan imamat kami sendiri. Kami semua diteguhkan oleh homili sederhana dan mendalam dari sang imam jubilaris: “Hari ini saya boleh merayakan hari ulang tahun imamat ke tiga puluh tiga. Tentu saja ini bertepatan dengan usia hidup Tuhan Yesus. Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus sebab semua yang saya alami ini berawal dari kasih Tuhan, bersama dengan kasih Tuhan dan sedang menuju kepada kasih Tuhan yang sempurna”. Petikan kalimat yang diucapkan sang jubilaris saat homili ini mau menekankan bahwa Tuhanlah yang melakuan inisiatif dan pendekatan pertama di dalam menjawab dan menapaki panggilan imamatnya.

Pengalaman syukur sang imam jubilaris ini mengingatkan kita pada sosok Musa. Dia sudah dibuang, dipungut kembali dari air, dipelihara untuk sebuah tugas mulia dari Tuhan yaitu memimpin bangsa Israel dengan setia. Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan dari kehidupan Musa. Ia sedang bekerja sebagai penggembala kambing dan domba milik mertuanya di padang. Di saat itulah Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam wujud ‘nyala api yang keluar dari semak duri’. Musa mengamatinya dan tampaklah: ‘semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api’ (Kel 3:2). Musa ingin tahu dan mendekati tempat ajaib ini namun Tuhan mengingatkannya untuk melepaskan kasutnya sebab tempat di mana ia berdiri adalah tanah yang kudus (Kel 3:5). Lalu terjadilah sebuah dialog antara Tuhan dan Musa. Panggilan dan perutusan Musa pun dimulai terutama untuk menjadi pembebas bagi bangsanya dari perbudakan Mesir. Semuanya ini berawal dari pengalaman Musa akan kasih Allah.

Pengalaman kasih Allah Bapa juga diungkapkan dengan jelas oleh Tuhan Yesus. Ia sebagai Putera Allah bersyukur kepada Bapa karena Bapa yang memiliki inisiatif pertama sebab Dia memilih orang-orang kecil dan sederhana yakni para murid-Nya karena merekalah yang berkenan kepada-Nya. Mereka ini juga yang diserahkan Bapa kepad Yesus sang Putra. Di sini terjalinlah relasi kasih Bapa dan Putera dalam Roh Kudus. Semuanya berasal dari inisiatif Allah Bapa di surga dan diserahkan kepada Yesus sang Putera.

Pada hari ini kita semua merasa diteguhkan kembali. Musa dengan masa lalunya dipanggil oleh Tuhan untuk berjumpa dengan-Nya dalam rupa semak yang menyala tanpa terbakar dan dia diingatkan untuk melepaskan kasutnya sebab tempat di mana ia berdiri adalah tanah yang kudus. Tuhan memang berkenan kepada orang kecil dan bukan orang bijak dan pandai. Tuhan memiliki inisiatif pertama untuk memungut, memelihara, memanggil dan mengutus untuk tujuan yang mulia. Tuhan memanggil Musa, Tuhan Yesus memanggil para murid-Nya dalam situasi hidup mereka yang nyata. Tuhan sungguh luar biasa karena semuanya berawal dan berasal dari pada-Nya.

P. John Laba, SDB