Hari Senin, Pekan Biasa ke-XVI
St. Laurensius dr Brindisi
Kel. 14:5-18
MT Kel. 15:1-2,3-4,5-6
Mat. 12:38-42
Pendampingan
Kita mengenang kembali St. Laurensius dari Brindisi. Beliau lahir pada tanggal 22 Juli 1559, di Brindisi, Kerajaan Napoli, Italia dan wafat pada tanggal 22 Juli 1619, di Belem, Portugal. Tanggal dan bulan lahirnya sama dan usianya tepat 60 tahun. Sungguh unik! Ia dikenal sebagai seorang Pujangga Gereja, dan tokoh penting dalam melawan kaum reformis Gereja di Jerman. Perkataannya yang terkenal adalah: “Allah adalah kasih dan semua perbuatan-Nya berasal dari KASIH…” Perkataan orang kudus ini menginspirasi kita untuk merenung lebih dalam lagi tentang pendampingan Tuhan dalam peziarahan kita yang penuh dengan pengharapan ini.
Pandampingan adalah salah satu kata yang sangat bermakna bagi setiap pribadi. Misalnya, dalam proses pembinaan para anggota tarekat hidup bakti, para pembinanya diharapkan untuk mengikuti pembinaan khusus untuk para pembina yang disebut sekolah pendampingan (School of accompaniment). Ketika para pembina keliru membina para calon imam dan kaum relijius maka akan berakibat fatal bagi Gereja.
Tuhan adalah seorang pendamping setia. Ia mengutus Musa dan Harun untuk memimpin bangsa Israel supaya keluar dari tanah Mesir. Dalam peziarahan mereka yang penuh pengharapan itu, Tuhan sendiri yang mendampingi umat-Nya untuk berhadapan dengan Firaun dan pasukannya. Ia memerintahkan Musa untuk mengatakan kepada orang Israel agar maju terus, menjauhi rasa takut, dan menyaksikan keselamatan yang datang daripada-Nya. Ia berjanji akan berperang untuk mereka dan memuliakan diri-Nya melalui pembebasan mereka dari orang Mesir.
Tuhan Yesus juga mendampingi para murid-Nya. Tuhann Yesus tidak membuat mukjizat untuk memuaskan rasa ingin tahu orang-orang yang meminta tanda. Tuhan Yesus tetap menggunakan tanda Yunus untuk menerangkan Paskah-Nya. Yesus berkata: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam”. Semua ini dikatakan Yesus sebagai bukti kasih-Nya yang tiada berkesudahan bagi kita. Hanaya masalahnya adalah pada pihak manusia yang suka meminta tanda dan mencari bukti.
Pesan pertobatan menjadi jalan masuk bagi kita untuk tetap mengalami kasih dan pendampingan dari Tuhan. Tanpa semangat untuk bertobat maka kita hanya bersungut-sungut dan terus meminta tanda supaya kita percaya kepada Tuhan. Kita lemah dan membutuhkan kekuatan dari Tuhan.
P. John Laba, SDB