Homili 28 Juli 2025

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XVII
Kel 32: 15-24.30-34
Mzm 106: 19-20.21-22.23
Mat 31: 31-35

Tuhan itu Baik!

Saya mengingat sharing pengalaman seorang Misionaris yang berlibur dari tanah Misi. Ia telah berkarya selama tiga puluh tahun di tanah misi. Tentu saja ini bukanlah waktu yang singkat baginya dalam melayani di tanah misi. Ia sudah menaburkan benih-benih iman seperti biji sesawi yang mulanya sangat terbatas jumlahnya tetapi kini buahnya berlipat ganda dan bertumbuh menjadi serupa denganpohon yang besar. Secara geografis daerah itu sangat terisolasi namun kini sudah menjadi sebuah kota kecil. Sebelumnya banyak orang masih buta huruf namun kini mereka sudah memiliki sarjana-sarjana yang hebat. Daerah itu kurang air bersih namun kini berkelimpahan air bersih dan tentu berpengaruh dalam tingkat hidup umat setempat. Terlepas dari kemajuan ini, ada satu titik kelemahan umat setempat yaitu banyak di antara mereka belum mengimani dengan setia Tuhan Yesus Kristus. Dia begitu kaget dan kecewa ketika menyaksikan umat setempat masih menyembah berhala di tempat yang bagi mereka ada tempat berkumpulnya nenek moyang mereka. Mereka membawa ayam dan minuman untuk mengurbankannya kepada nenek moyang mereka di gunung dekat kampung itu.

Menyembah berhala. Ini adalah sebuah kebiasaan jelek dari banyak orang yang sudah mengaku telah mengimani Tuhan Yesus Kristus tetapi tidak pernah menginjakkan kaki di Gereja. Dia hanya dibaptis dan menerima komuni pertama saja dan selesai. Selanjutnya hanya ia menjadi orang katolik KTP saja. Ia atau mereka masih beramai-ramai ke gunung dan berbicara dengan nenek moyang mereka sambil memeberi sesajian berupa makanan tertentu dan minuman lokal.

Bangsa Israel pernah mengalami seperti ini. Musa memimpin mereka untuk keluar dari tanah Mesir namun mereka selalu bersungut-sungut melawan Tuhan. Hal yang lebih parah lagi adalah mereka menyembah berhala dengan membuat patung emas lalu menyembahnya sebagai Tuhan mereka. Musa benar-benar merasa kecewa maka ia bereaksi keras dengan menghancurkan patung lembu dari emas itu, menggilingnya, abunnya dicampuri dengan air dan meminta orang Mesir untuk meminumnya. Slajunya, Musa mau membuat rekonsiliasi antara Tuhan dan umat Israel. Tuhan tetap mengampuni dan membimbing bangsa Israel hingga tempat yang mereka tujui.

Ada dosa dan ada rahmat Tuhan. Manusia jatuh dalam dosa menyembah berhala, namun Tuhan tetapi mendampingi dan membimbing mereka. Tuhan sungguh baik dan luar biasa. Bagaimana dengan kita? Kita suka menyembah berhala dan memiliki banyak berhala. Coba pikirkan apa berhalamu yang terkenal saat ini? Pikirkan tentang uang, harta, kuasa, seks, dan lain sebagainya yang membuatmu tidak bebas dalam hidup ini. Apakah anda mau meninggalkan berhalamu itu?

P. John Laba, SDB