Homili 1 Agustus 2025 – St. Alfonsus Maria de Liguori

Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori
Im. 23:1,4-11,15-16,27,34b-37
Mzm. 81:3-4,5-6ab,10-11ab
Mat. 13:54-58

Menata kembali iman kepada Tuhan

Pada hari ini kita mengenang kembali St. Alfonsus Maria de Liguori. Orang kudus ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kesetiaan kepada Bunda Maria, percaya dan melakukan kehendak Allah, berdoa secara pribadi dan penuh kasih kepada Tuhan. Saya mengingat dua buah perkataannya yang bagus. Pertama: “Siapa yang percaya kepada dirinya sendiri akan binasa, sebaliknya siapa yang percaya kepada Allah dapat melakukan segala sesuatu.” Perkataan ini mengingatkan kita untuk meletakkan seluruh kepercayaan kita kepada Tuhan bukan pada diri kita sendiri. Kedua: “Mereka yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada doa, harus fokus sepenuhnya pada hal ini: kesesuaian kehendak mereka dengan kehendak ilahi. Mereka harus meyakini bahwa inilah kesempurnaan tertinggi mereka. Semakin mereka mempraktikkan hal ini dengan sepenuh hati, semakin besar karunia yang akan mereka terima dari Allah, dan semakin besar kemajuan yang akan mereka capai dalam kehidupan batin.”

Kedua kutipan perkataan inspiratif ini turut membuka pikiran kita untuk memahami Sabda Tuhan pada hari ini. Penginjil Matius mengisahkan bahwa Tuhan Yesus mengunjungi kampung halaman-Nya di Nazaret, setelah Dia begitu viral di daerah Galilea dan sekitarnya. Dia mengisi kesempatan-Nya untuk mengajar mereka dan tentu saja mereka begitu takjub akan pengajaran Yesus. Namun demikian masih ada orang juga yang mempertanyakan Yesus dalam hidup mereka. Mereka ternyata masih melihat Yesus dan masa lalu-Nya di Nazaret dan lupa akan keilahian Yesus yang sudah melakukan karya-karya besar di Galilea dan sekitarnya. Pertanyaan-pertanyaan tentang jati diri Yesus adalah: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” (Mat 13:54-56).

Lalu apa reaksi dari Tuhan Yesus? Ia benar-benar mengerti orang-orang di kampung halaman-Nya. Ia berkata: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” (Mat 13:57). Tuhan Yesus tidak bereaksi frontal dengan mereka yang tidak percaya dan menolak-Nya. Dia hanya mengatakan dengan terus terang rasa kecewa atas ketidakpercayaan mereka kepada-Nya. Mereka sudah melihat tanda-tanda, mereka merasakannya sendiri tetapi masih mempertanyakan-Nya. Sungguh miris orang-orang pada masa itu.

Orang-orang di kampung halaman Yesus yakni Nazaret adalah gambaran hidup iman anda dan saya masa kini. Kita semua sudah dibaptid dan percaya kepada Tuhan Yesus, menamakan diri kita orang Kristen namun kita bisa menjadi ateis di dalam Gereja sendiri. Kita mungkin tidak percaya akan kuasa Yesus dan meragukan-Nya. Yesus bisa jadi kecewa dengan anda dan saya juga. Lihat saja ketika kita bergumul dengan hidup kita, ketika ada kematian, sakit penyakit dan lainnya. Dan betapa Tuhan menjadi sasaran kemarahan kita dan kita bersungut-sungut kepada-Nya.

Perkataan Santu Alfonsus sangat memiliki daya transformatif bagi kita terutama bahwa barang siapa percaya kepada Allah dapat melakukan segala sesuatu di dunia ini. Mari kita menata kembali hidup iman kita di hadirat Tuhan.

St. Alfonsus, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB