Homili 3 September 2025 – Injil untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke- XXIIC
Peringatan Wajib – St. Gregorius Agung
Kol. 1:1-8
Mzm. 52:10,11
Luk. 4:38-44

Lectio:

Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias. Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
Demikisnlah Sabda Tuhan
Terpujilah Kristus.

Renungan:

Yesus selalu Menolong

Pada hari ini kita mengenang kembali santu Gregorius Agung. Dari Santo Gregorius Agung, kita belajar tentang pentingnya melepaskan diri dari dunia dan kerinduan yang mendalam akan Allah, sentralitas sakramen Gereja bagi keselamatan, makna kesucian pribadi dan disiplin hidup membiara, serta nilai melayani orang lain dengan rendah hati dan perhatian administrative. Beliau adalah seorang paus, biarawan, dan administrator yang terampil yang menekankan tentang tobat, iman, dan anugerah ilahi dalam dunia yang penuh gejolak. Satu hal yang selalu saya ingat adalah bahwa beliau memperkenalkan reformasi liturgi yang signifikan, seperti penambahan “damai bagi hari-hari kita” dalam Misa, menyanyikan ‘Alleluia’ sepanjang tahun (kecuali selama masa Prapaskah), dan mendaraskan doa “Bapa Kami” yang seragam dan tentu saja lau-lagu Gregorian yang kita kenal hingga saat ini. Sebuah perkataan indah dari santu Gregorius: “Kebahagiaan para terpilih di surga tidak akan sempurna kecuali mereka dapat melihat ke jurang dan menikmati penderitaan saudara-saudara mereka dalam api kekal.”

Pada hari ini Tuhan menyapa dan mengingatkan kita untuk selalu siap menolong sesama yang sangat membutuhkan. Penginjil Lukas menceritakan bahwa Yesus meninggalkan Rumah Ibadat di Kapernaum. Ia barusan mengajar dengan penuh kuasa dan wibawa, sehingga menimbulkan keheranan dan ketakjuban banyak orang. Ia mengusir setan dan sebelum diusir, setan itu masih mengakui Yesus sebagai ‘Yang Kudus dari Allah’. Selanjutnya Tuhan Yesus mengunjungi rumah Simon. Mereka meminta Tuhan Yesus untuk menolong ibu mertua Simon yang sedang sakit demam.

Apa yang Tuhan Yesus lakukan? Ia berdiri di sisi waniat itu, menghardik demamnya dan penyakit itu meninggalkan wanita itu. Wanita itu bangun dan melayani Yesus dan para murid-Nya. Perhatikan kesiapan Yesus untuk menolong: ‘Menerima permohonan menolong, berdiri di sisi, menghardik demam dan demam pergi meninggalkan’. Balasan wanita akan kash Yesus: bangun dan melayani sebagai bentuk ‘menolong’ seperti Yesus.

Tuhan Yesus juga melakukan tindakan penyembuhan kepada begitu banyak orang sakit dengan meletakkann tangan dan menyembuhkan mereka. Setan-setan tetap konsisten beteriak kepada Yesus: ‘Engkaulah Anak Allah’. Yesus tidak sombong. Ia melarang orang-orang untik tidak memviralkan-Nya. Ia memiliki kesempatan untuk bersatu dengan Bapa dalam doa di tempat sunyi. Orang tetap mencari-Nya dan hendak menahan-Nya namun Ia tetap teguh untuk berkeliling dan berbuat baik, terutama mewartakan Injil.

Apa yang harus kita lakukan pada hari ini?

Kita belajar dari Yesus untuk siap menolong sesama. Kita siap mendengar tangisan dan teriakan minta tolong dari kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel, berdiri di samping mereka dan menolong mereka tanpa pamrih. Santu Gregorius Agung memaknai sikap Tuhan Yesys yang menolong dengan kepedulian terhadap kaum kecil, semanagat dalam bermisi dan kepemimpinan sebagai pelayanan. Apakah kita mampu melakukannya?

Doa: Ya Tuhan, mampukanlah kami untuk siap dan murah hati dalam menolong sesama kami yang sangat membutuhkan. Santu Gregorius Agung, doakalah kami. Amen.

P. John Laba, SDB